Atasi Krisis Air: Kemendikbudristek Dorong Solusi Transdisipliner

NTVNews - 21 Mei 2024, 18:19
Alber Laia
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilman Farid, saat hadir sebagai narasumber dalam agenda konferensi pers World Water Forum Ke-10 di Bali, Selasa (21/5/2024). Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilman Farid, saat hadir sebagai narasumber dalam agenda konferensi pers World Water Forum Ke-10 di Bali, Selasa (21/5/2024). (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Problematika air di dunia tak bisa diselesaikan dengan satu bidang ilmu saja. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, dalam World Water Forum Ke-10 di Bali.

"Salah satu rekomendasi yang muncul dari seminar, kita akan menggulirkan satu rangkaian pembicaraan melibatkan banyak stakeholder, karena melihat bahwa pendekatan untuk menyelesaikan problem air ini tidak mungkin hanya dari satu bidang keilmuan, sudah pasti harus transdisipliner," ujar Hilmar seperti dikutip dari Antara, pada Selasa, (21/5/2024).

Hilmar mengatakan otoritas terkait yang perlu juga dilibatkan adalah peran dari pemerintah daerah (pemda) untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan air yang didasari atas pemikiran yang baik.

"Karena ini kunci penguasa wilayahnya adalah daerah, mereka yang punya kewenangan untuk menetapkan banyak hal. Jadi semestinya ada juga di dalam pembicaraan ini," tambahnya.

Hilmar mencontohkan sistem subak di Bali sebagai contoh kearifan lokal yang bisa menjadi solusi. Subak adalah sistem pengairan tradisional Bali yang dikelola oleh masyarakat dengan semangat gotong royong.

"Sebagian problem air dunia perlu mencari penyelesaian non-teknikal dan non-teknikal ini antara lain solusinya bisa kita cari dalam khazanah pengetahuan yang kaya, yang terbangun di dalam perjalanan sejarah yang panjang," katanya.

Baca Juga:

Polisi Bakal Periksa Pejabat Kemenhub yang Injak Al-Qur'an Sampai Viral

Hilmar mengajak peserta diskusi untuk belajar dari pengalaman subak sebagai sistem pengairan masyarakat Bali yang menyangkut hukum adat dan mempunyai ciri khas sosial, pertanian, keagamaan, dengan semangat gotong royong dalam usaha memperoleh air untuk kebutuhan tanaman pangan, terutama padi dan palawija.

"Agar itu bisa terjadi, tentu percakapan ini harus mulai melibatkan banyak stakeholder dan kami di kementerian sudah sepakat bekerja sama, terutama dengan pengelola Pura Ulun Danu Batur," katanya.

Kerja sama tersebut, kata Hilmar, berorientasi pada pencarian solusi terhadap berbagai masalah air berlandaskan hasil percakapan yang produktif, transdisipliner, serta melibatkan banyak pihak.

Laporan PBB melalui World Water Development menyebutkan 2,2 miliar orang pada tahun ini tidak memiliki akses terhadap air minum. Selain itu ada 1,4 miliar orang pada 2022 yang terdampak kekeringan. Selain itu pada kurun yang sama juga terdapat 10 persen migrasi global karena pengaruh kekurangan air.

x|close