La Nina Semakin Dekat, Waspadai Risiko Cuaca Ekstrem di Indonesia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Nov 2024, 16:26
Dedi
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi Planet Bumi Ilustrasi Planet Bumi (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa indikasi munculnya La Nina di Indonesia semakin nyata. BMKG mengimbau masyarakat untuk bersiap menghadapi dampak yang mungkin terjadi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut bahwa pihaknya telah mendeteksi peluang terjadinya La Nina di Indonesia.

"Akhir Oktober kita bisa memastikan apakah itu La Nina. Namun, alangkah baiknya mulai saat ini kita perlu bersiap, karena di pertengahan Oktober, telah terdeteksi perbedaan suhu muka air laut di Samudra Pasifik bagian ekuator tengah timur itu sudah lebih dingin dari normalnya," kata Dwikorita dalam sebuah video yang diunggah di akun BMKG, dikutip Senin (4/11).

Menurut Dwikorita, hasil analisis dinamika atmosfer pada Dasarian II bulan Oktober menunjukkan bahwa monitoring indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Oscillation (ENSO) memperlihatkan indeks IOD telah melampaui ambang negatif (indeks -1,11), tetapi baru terjadi selama satu dasarian, sehingga statusnya masih netral.

Ilustrasi Bumi atau Dunia <b>(pixabay)</b> Ilustrasi Bumi atau Dunia (pixabay)

Anomali suhu permukaan laut (SST) di wilayah Nino 3.4 juga mengindikasikan kondisi yang telah melewati ambang batas La Nina dengan indeks -0,64.

"Batasan la nina itu perbedaan suhunya itu -0,5, ini sudah melampaui batas tadi. Sekarang sudah -0,64, artinya lebih dingin dari normalnya. Namun karena belum ada 30 hari, sehingga kita masih harus memastikan, tunggu sampai akhir oktober itu masih mendingin atau pulih kembali menuju normal. Jadi ada kewaspadaan," ujarnya.

BMKG menyampaikan bahwa selama fenomena La Nina, beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami peningkatan curah hujan sebesar 20 hingga 40 persen pada periode Juni-Juli-Agustus dan September-Oktober-November.

Ilustrasi Planet Bumi <b>(Pixabay)</b> Ilustrasi Planet Bumi (Pixabay)

Pada periode Desember-Januari-Februari dan Maret-April-Mei, sebagian wilayah barat Indonesia diperkirakan akan mengalami kenaikan curah hujan akibat pengaruh angin monsun.

"Namun demikian, bukan diartikan tidak ada kemarau sama sekali, hanya saja terjadi peningkatan curah hujan dalam periode tersebut sehingga seringkali disebut sebagai kemarau basah," kata BMKG.

Fenomena La Nina membawa potensi sejumlah bencana. Secara umum, bencana yang mungkin terjadi berkaitan erat dengan hidrometeorologi.

Dengan meningkatnya curah hujan saat La Nina, potensi bencana seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan badai tropis dapat meningkat.

x|close