Apa Itu La Nina? Disebut Punya Risiko Cuaca Ekstrem di Indonesia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Nov 2024, 18:29
Adiansyah
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi Bumi atau Dunia Ilustrasi Bumi atau Dunia (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait munculnya fenomena La Nina yang semakin nyata di Indonesia.

Masyarakat diimbau untuk siap menghadapi dampak cuaca ekstrem yang mungkin terjadi akibat fenomena alam ini.

La Nina, yang merupakan anomali iklim global, diprediksi dapat mempengaruhi pola cuaca di berbagai wilayah Indonesia, membawa dampak hujan lebat, peningkatan intensitas banjir, dan potensi bencana alam lainnya.

Prediksi BMKG  <b>(Bmkg)</b> Prediksi BMKG (Bmkg)

Lantas apa itu La Nina? Mengutip dari website BMKG, La Nina merupakan kejadian anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau sea surface temperature (SST) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.

Kondisi ini biasanya diikuti dengan berubahnya pola sirkulasi Walker (sirkulasi atmosfer arah timur barat yang terjadi di sekitar ekuator) di atmosfer yang berada di atasnya dan dapat mempengaruhi pola iklim dan cuaca global.

Kondisi La Nina ini dapat berulang dalam beberapa tahun sekali dan setiap kejadian dapat bertahan sekitar beberapa bulan hingga dua tahun.

Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebut bahwa pihaknya telah mendeteksi peluang terjadinya La Nina di Indonesia.

Ilustrasi Bumi atau Dunia <b>(pixabay)</b> Ilustrasi Bumi atau Dunia (pixabay)

"Akhir Oktober kita bisa memastikan apakah itu La Nina. Namun, alangkah baiknya mulai saat ini kita perlu bersiap, karena di pertengahan Oktober, telah terdeteksi perbedaan suhu muka air laut di Samudra Pasifik bagian ekuator tengah timur itu sudah lebih dingin dari normalnya," kata Dwikorita dalam sebuah video yang diunggah di akun BMKG, dikutip Senin (4/11).

Kata Dwikorita, hasil analisis dinamika atmosfer pada Dasarian II bulan Oktober menunjukkan bahwa monitoring indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Oscillation (ENSO). 

Ini memperlihatkan indeks IOD telah melampaui ambang negatif (indeks -1,11), tetapi baru terjadi selama satu dasarian, sehingga statusnya masih netral.

Anomali suhu permukaan laut (SST) di wilayah Nino 3.4 juga mengindikasikan kondisi yang telah melewati ambang batas La Nina dengan indeks -0,64.

x|close