Ntvnews.id, Kabul - Donald Trump memenangkan Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2024, dan pemerintahan Taliban di Afghanistan berharap ada kesempatan baru dalam hubungan antara AS dan Afghanistan.
"Pemerintah berharap pemerintahan Trump mendatang akan mengambil langkah-langkah realistis menuju kemajuan nyata dalam hubungan antara kedua negara, serta dapat membuka babak baru dalam hubungan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Abdul Qahar Balkhi, dalam sebuah postingan di X, seperti dilansir dari AFP, Kamis, 7 November 2024.
Balkhi mengingatkan bahwa pada masa jabatan pertamanya sebagai Presiden AS, Trump berhasil merumuskan perjanjian damai dengan Taliban, yang memungkinkan penarikan pasukan AS pada 2021, mengakhiri 20 tahun operasi militer AS di Afghanistan.
Baca Juga: BKPM Berharap Terpilihnya Donald Trump Dapat Tingkatkan Perdagangan-Investasi RI
Perjanjian damai tersebut ditandatangani pada 29 Februari 2020 di Doha, Qatar, antara Taliban dan AS di bawah kepemimpinan Trump, tanpa melibatkan pemerintah Afghanistan saat itu.
Partai Republik mengkritik penerus Trump, Presiden Joe Biden, atas kekacauan selama penarikan pasukan, yang menyebabkan tewasnya 13 personel militer AS akibat serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul dan penguasaan kembali ibu kota oleh Taliban.
Biden juga mendapat kritik karena melanjutkan penarikan pasukan yang disepakati di Doha tanpa memastikan Taliban mematuhi persyaratan, seperti kesepakatan gencatan senjata antara kelompok militan dan pemerintah Kabul.
Trump menyoroti kelemahan dalam penanganan Biden atas penarikan dari Afghanistan sebagai poin penting dalam kampanyenya melawan Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat.
Hingga kini, pemerintahan Taliban belum mendapat pengakuan internasional, salah satu alasannya adalah pembatasan terhadap perempuan, termasuk akses pendidikan dan pekerjaan, yang dikategorikan PBB sebagai 'apartheid gender'.
Baca Juga: Trump Menang Pilpres AS, Presiden Ukraina Ingatkan Janji Akhiri Agresi Rusia
"Amerika belum siap menyerahkan kepemimpinan negara besar mereka kepada seorang perempuan," tulis Inamullah Samangani, kepala departemen informasi dan budaya Taliban di Kandahar, dalam postingan di X.
Mantan anggota parlemen Kabul, Fawzia Koofi, menyampaikan ucapan selamat kepada Trump, tetapi juga mengkritik penarikan AS dan kurangnya tekanan terhadap pemerintah Taliban dalam hal hak-hak perempuan.
"Sebagai seorang pengusaha, dia seharusnya mengerti bahwa tidak ada negara yang bisa maju dalam jangka panjang jika tidak memberikan hak kepada separuh penduduknya untuk bekerja dan mengenyam pendidikan," ungkapnya.