Kenapa Muslim Amerika Pilih Trump Dibanding Kamala di Pilpres AS?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Nov 2024, 15:01
Deddy Setiawan
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Donald Trump. (Foto: Reuters) Donald Trump. (Foto: Reuters)

Ntvnews.id, Jakarta - Donald Trump memenangkan pemilu Amerika Serikat 2024 pada 5 November, dengan dukungan signifikan dari pemilih Muslim Amerika. Dalam pidato kemenangan, Trump menyatakan bahwa kelompok Muslim adalah salah satu pendukung utama yang membantunya meraih jabatan sebagai presiden ke-47 AS.

"Mereka datang dari berbagai latar belakang, serikat dan non-serikat, Afrika-Amerika, Hispanik-Amerika, Asia-Amerika, Arab-Amerika, dan Muslim-Amerika," ucapnya tegas.

"Kami memiliki dukungan dari semua orang. Dan itu luar biasa," tambahnya.

Apa yang Mendorong Muslim Amerika untuk Memilih Trump?

Dilansir dari Anadolu Agency, Jumat, 8 November 2024, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) memberikan tanggapan atas kemenangan Trump.

Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, menyebutkan bahwa Trump berjanji untuk menghentikan konflik di Gaza. Ia juga mengecam kebijakan presiden-presiden AS sebelumnya yang dianggap merugikan dunia Muslim, seperti George Bush dan Dick Cheney.

Baca Juga: Ucapkan Selamat, Putin Ungkap Siap Berunding dengan Trump

“Penting bagi Presiden Terpilih Trump untuk memahami bahwa mayoritas rakyat Amerika, termasuk Muslim Amerika yang mendukungnya, tidak menginginkan lebih banyak intoleransi di dalam negeri atau perang di luar negeri," tegasnya.

Awad mengimbau agar Trump benar-benar memperhatikan kepentingan komunitas Muslim. Ia berharap kebijakan luar negeri Washington nantinya akan mengutamakan perdamaian global.

"Ke depan, kami berharap semua pejabat terpilih, termasuk Presiden Terpilih Trump, menanggapi isu-isu penting bagi pemilih Muslim," tambahnya.

Awad juga menyoroti kekalahan Kamala Harris dan menyatakan bahwa Gedung Putih yang dipimpin Partai Demokrat dinilai gagal merespons isu kekerasan di Gaza.

"Presiden terpilih harus memenuhi janji kampanyenya untuk mengejar perdamaian, termasuk menghentikan perang di Gaza," katanya.

Baca Juga: Trump Menang Pilpres AS, DPR RI Yakin Hal Ini

"Namun, perdamaian ini harus didasarkan pada keadilan, kebebasan, dan hak rakyat Palestina," jelasnya.

Menurut laporan Al-Jazeera yang mengutip Fox News, aktivis Arab di Dearborn, Michigan, menyebut Kamala mengabaikan seruan untuk mempertimbangkan ulang dukungannya yang tak bersyarat terhadap Israel. Michigan, yang memiliki banyak pemilih Muslim, menjadi salah satu negara bagian penentu dalam pemilu.

"Genosida adalah kebijakan yang buruk," kata seorang aktivis.

Kamala, lanjutnya, tetap mempertahankan posisi "hak Israel untuk membela diri," meski terjadi kekerasan brutal di Gaza dan Lebanon.

"Alasan Harris kalah salah satunya adalah keputusannya untuk mendukung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengecewakan basis Demokrat, Arab dan Muslim Amerika, serta kaum muda dan progresif," kata aktivis Adam Abusalah.

Seorang konsultan politik Amerika keturunan Lebanon di Detroit, Hussein Dabajeh, mengaku belum sepenuhnya yakin apa dampak dari kepresidenan Trump bagi komunitas Arab dan Muslim Amerika. Namun, ia berharap akan ada dampak positif.

"Saya berharap itu sesuatu yang baik. Saya ingin melihat negara ini bersatu. Saya berharap Partai Demokrat menyadari hal ini," ujarnya.

Trump sebelumnya telah mengklaim kemenangan dalam pemilu AS, melampaui ambang batas electoral college dengan 270 suara, mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

Hingga laporan ini disusun, Trump telah mengumpulkan 295 suara elektoral, sedangkan Kamala memperoleh 226 suara. Trump juga unggul dalam perolehan suara populer, dengan 73.523.637 suara (50,92%), sementara Kamala memperoleh 68.683.845 suara (47,57%).

 

x|close