Ntvnews.id, Jakarta - Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, menegaskan bahwa lembaga survei yang dipimpinnya tidak berperan sebagai konsultan atau berpihak pada salah satu pasangan calon dalam Pilgub Jakarta 2024. Hanta memastikan bahwa data yang dikumpulkan melalui survei Poltracking sangat kredibel.
Pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan atas perbedaan hasil survei Pilgub Jakarta yang dirilis oleh Poltracking dan keputusan lembaga tersebut untuk keluar dari Persepi, yang memberikan sanksi kepada Poltracking.
"Saya harus sebutkan Poltracking Indonesia bukan konsultan salah satu dari yang sedang bertarung," jelas Hanta saat konferensi pers di Jakarta, Jumat, 8 November 2024.
Baca Juga: Fakta-Fakta di Balik Pengunduran Diri Poltracking Indonesia dari PERSEPI
"Saya tidak ada urusan siapa yang akan menjadi pemenang dalam pertarungan ini," lanjut Hanta.
Penjelasan dari Poltracking Hanta menjelaskan bahwa fokus utama Poltracking adalah menjaga kredibilitas data dengan mengikuti prosedur yang benar.
Ia menambahkan bahwa Poltracking menggunakan proses pembobotan sebelum merilis hasil akhir. Untuk Pilgub Jakarta, survei dilakukan dengan mengumpulkan data dari 2.000 responden yang terverifikasi.
Menurut Hanta, sebelum dilakukan pembobotan, hasil simulasi menunjukkan bahwa pasangan Ridwan Kamil-Suswono memperoleh 52,7 persen, Pramono Anung-Rano Karno 35,4 persen, Dharma Pongrekun-Kun Wardhana 3,7 persen, dan responden yang tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 8,1 persen.
Baca Juga: Survei Poltracking: RK-Suswono 51,6%, Pramono-Rano 36,4%, Dharma-Kun 3,9%
Proses pembobotan dilakukan untuk memastikan keseimbangan antara populasi dan sampel.
"Ada proses pembobotan yang kita rilis setelah di bobot, selalu, saya kira itu lumrah dilakukan di berbagai macam lembaga survei, dan itu dibenarkan, justru itu harus dilakukan membuat dia proporsional," ungkap Hanta.
Setelah pembobotan, Poltracking merilis hasil akhir dengan angka: RK-Suswono 51,6 persen, Dharma-Kun 3,9 persen, Pramono-Rano 30,4 persen, dan responden yang tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 8,1 persen.
"Proses tadi setelah saya ceritakan alur A sampai Z kita ketemu data ini kemudian dibobotkan oleh teman teman, tim statistik dan peneliti, dan inilah yang kami rilis elektabilitas ini," tambah Hanta.
"Kami bukan konsultan di Jakarta. Enggak ada urusan bagi Poltracking siapa pemenang di Jakarta. Kami hanya ingin menyampaikan data ini apa adanya," tutup Hanta Yuda.