Ntvnews.id, Haiti - Pesawat jet Spirit Airlines yang sedang menuju Port-au-Prince, ibu kota Haiti, terkena tembakan, menyebabkan seorang pramugari mengalami luka ringan.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 13 November 2024, penerbangan nomor 951 dari Fort Lauderdale, Florida, ke Port-au-Prince dialihkan dan berhasil mendarat dengan selamat di Republik Dominika.
Pemeriksaan di darat menunjukkan adanya kerusakan yang "konsisten dengan tembakan," demikian pernyataan dari Spirit Airlines.
Baca Juga: Dirut Garuda Ungkap Penyebab Harga Tiket Pesawat Domestik Mahal
Tidak ada penumpang yang terluka dalam insiden ini, namun maskapai AS tersebut telah menangguhkan layanan ke Haiti sambil menunggu evaluasi lebih lanjut.
Port-au-Prince diketahui sebagian besar berada di bawah kendali geng-geng bersenjata. Spirit Airlines menghentikan operasional sementara pesawat yang rusak dan mengatur kepulangan penumpang ke Fort Lauderdale pada Senin, 11 November 2024.
Bandara di Port-au-Prince juga menghentikan semua penerbangan komersial, seperti yang dilaporkan oleh Miami Herald. American Airlines pun mengumumkan akan menangguhkan penerbangan antara Miami dan ibu kota Haiti hingga Kamis, 14 November 2024.
Penembakan terhadap pesawat terjadi saat Haiti sedang bersiap melantik perdana menteri baru di tengah ketegangan politik yang mengancam kestabilan negara yang sedang dilanda krisis tersebut. Dewan transisi Haiti dikabarkan akan mengganti Perdana Menteri Garry Conille, menurut buletin resmi yang dilihat AFP.
Baca Juga: Heboh Penumpang Kencing Sembarangan di Dalam Pesawat!
Keputusan dewan beranggotakan sembilan orang itu, yang dijadwalkan untuk diumumkan pada Senin, 11 November, bertujuan untuk memberhentikan Conille setelah hanya lima bulan menjabat dan menunjuk pengusaha Alix Didier Fils-Aime sebagai penggantinya.
Dewan ini merupakan badan baru yang tidak diatur dalam konstitusi dan belum disetujui oleh parlemen, yang saat ini sedang vakum karena Haiti tidak memiliki lembaga legislatif aktif. Negara tersebut belum mengadakan pemilihan umum sejak 2016, yang semakin memperburuk krisis politik, keamanan, dan kesehatan di Haiti.