Wamen P2MI Harap Lembaga Pendidikan Adopsi Kurikulum Bahasa Jerman

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Nov 2024, 15:09
Muhammad Hafiz
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Wakil Menteri P2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla (tengah) pada acara Joint Committe Meeting (JCM) Indonesia - Jerman 2024 di Jakarta, Selasa (12/12/2024). Wakil Menteri P2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla (tengah) pada acara Joint Committe Meeting (JCM) Indonesia - Jerman 2024 di Jakarta, Selasa (12/12/2024). (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, berharap agar lembaga pendidikan, termasuk institusi keperawatan, mempertimbangkan untuk menambahkan Bahasa Jerman dalam kurikulum mereka.

"Jerman sangat terbuka bagi tenaga kerja Indonesia. Oleh karena itu, saya menyarankan agar lembaga pendidikan memasukkan Bahasa Jerman dalam kurikulumnya, sehingga lulusan bisa langsung siap ditempatkan di sana," ungkap Dzulfikar dikutip dari Antara, Rabu, 13 November 2024.

Menurut Wakil Menteri, ada tiga tantangan yang dihadapi dalam upaya kerjasama ketenagakerjaan antara Indonesia dan Jerman. Pertama, yaitu keterbatasan layanan pelatihan Bahasa Jerman bagi calon pekerja migran Indonesia.

"Terkait hal ini, Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) berharap adanya kolaborasi dan pengadopsian kurikulum Bahasa Jerman di lembaga pendidikan," katanya.

Kendala kedua, lanjutnya, adalah tantangan dalam mempercepat proses penempatan pekerja dan mengurangi risiko kegagalan mereka baik selama di Indonesia maupun saat berada di Jerman.

"Sebanyak 337 calon pekerja migran Indonesia yang mengikuti pelatihan Bahasa Jerman B1 dan 376 orang lainnya yang perlu mengulang ujian sertifikasi B1 secara mandiri menjadi kendala ketiga yang dihadapi," jelasnya.

Dzulfikar juga berharap dukungan dari pemerintah Jerman untuk memperluas layanan pelatihan Bahasa Jerman serta membuka lebih banyak peluang kerja di sektor-sektor lain seperti hospitality, konstruksi, teknologi informasi, dan pekerjaan ramah lingkungan (green jobs) yang menjadi perhatian bersama pemerintah Indonesia dan Jerman.

"Kami juga berharap informasi terkait kebutuhan tenaga kerja Indonesia di Jerman untuk tahun 2025 bisa tersedia," tambahnya.

baca juga: Debu Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki Terdeteksi Sampai Pulau Lombok

Di sisi lain, Wakil Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Thomas Graf, mengakui bahwa persyaratan Bahasa Jerman menjadi tantangan tersendiri bagi pekerja yang tertarik bekerja di Jerman, berbeda dengan negara lain seperti Amerika Serikat atau Kanada.

"Saat ini, di Indonesia kami menjalankan beberapa proyek percontohan yang mengintegrasikan pelatihan Bahasa Jerman dalam pelatihan kejuruan, misalnya untuk profesi perawat. Saya kira pendekatan ini efektif karena belajar Bahasa Jerman setelah bekerja akan sangat sulit," ujar Thomas.

Menurut Thomas, menggabungkan pelatihan Bahasa Jerman ke dalam program pelatihan profesional dan kejuruan merupakan solusi terbaik untuk mengatasi kendala bahasa. "Jika pendekatan ini diterapkan, tingkat keberhasilan akan meningkat," katanya.

x|close