Ntvnews.id, Jakarta - PDI Perjuangan akan menggelar Rakernas di Ancol, Jakut pada 24-26 Mei 2024.
Sejumlah petinggi PDIP mengatakan pihaknya tidak akan mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi). Alasannya selain karena ada perbedaan ideologi juga faktor kesibukan Jokowi.
"Ya beliau sibuk dan juga ini sifatnya internal. Pak Presiden mempunyai banyak agenda sehingga kita tidak mengundang Pak Jokowi di sini," kata politisi PDI Perjuangan Andreas Hugo dalam program NTV Election yang disiarkan NusantaraTV, Rabu (22/5/2024).
Ketika ditanyakan apakah tidak diundangnya Jokowi ke Rakernas menjadi bukti bahwa Jokowi bukan lagi bagian dari internal PDIP dan tidak lagi kader PDIP?
Andreas menyatakan itu bukan hal yang perlu didiskusikan lagi.
"Karena kita bisa lihat. Bagaimana kalau kita bilang Pak Jokowi itu adalah bagian dari PDI Perjuangan apalagi kader PDI perjuangan. Kita sendiri melihat di pemilu kemarin dia mendukung calon presiden yang berbeda kontestan dengan calon presiden dari PDI perjuangan. Kemudian juga secara terbuka beliau mengkampanyekan partai lain," jawab Andreas.
"Kalau kita lihat dari fakta fakta itu harus kita katakan beliau melepaskan diri dari PDI perjuangan," tandasnya.
Andreas mengungkapkan seperti banyak pengamat juga menyampaikan bahwa ini belum pernah terjadi di dunia. Ada politisi, kader bahkan menjadi presiden kemudian meninggalkan partainya pada saat pemilihan umum.
"Ini satu keunikan negatif yang terjadi pada PDI perjuangan dan saya kira masyarakat bisa menilai," ujarnya.
Andreas kembali menegaskan bahwa itu bukan hal yang perlu didiskusikan lagi ketika PDI Perjuangan tidak mengundang pak Jokowi.
"Dan Pak Jokowi sendiri saya kira tidak punya minta lagi dengan PDI Perjuangan," kata Andreas.
Lantas bagaimana hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan ke depan?
"Semua fakta-fakta itu menunjukkan secara politis memang Pak Jokowi sudah mengambil posisi untuk berbeda dengan PDI perjuangan. Dan itu kelihatan. Semua orang bisa melihat. Untuk apa lagi mendiskusikan hal tersebut," tegasnya.
"Semua bisa melihat yang dilakukan oleh Pak Jokowi. Bahwa Pak Jokowi membuat keputusan untuk mendukung pasangan yang lain. Di depan publik nasional dan publik dunia," tukasnya.
Menurut Andreas tidak pernah terjadi ada kader partai apalagi seorang presiden memperlakukan dirinya dan partainya seperti itu.
"Itu suatu fakta yang saya sendiri belum pernah mengalami dan belum pernah melihat seperti itu.
Bahkan kalau kita ikuti dialog Andi Wijayanto di dalam satu podcast bahwa Pak Jokowi itu bukan hanya meninggalkan PDI perjuangan bahkan dia berupaya mendowngrade PDI Perjuangan, partainya sendiri pada saat pemilu," tutur Andreas.
"Apa yang oleh Pak Sekjen Pak Hasto bahwa dia pergi sambil membakar rumahnya," lanjutnya.
"Apakah perilaku dan tindakan politik seperti itu sesuatu yang baik, wajar untuk dilakukan oleh seorang politisi, seorang kader parpol. Saya kira ini sesuatu hal yang tidak bisa masuk di dalam akal sehat saya," pungkasnya.