Perbedaan vasektomi dan kebiri menurut Kemendukbangga

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Nov 2024, 10:00
Elma Gianinta Ginting
Penulis
Marco Tampubolon
Editor
Bagikan
Ilustrasi Vasektomi (FOTO ANTARA) Ilustrasi Vasektomi (FOTO ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara vasektomi dan kebiri, terutama dalam prosedur yang diterapkan.

"Sering kali terjadi kebingungan antara vasektomi dan kebiri. Padahal, keduanya memiliki prosedur yang berbeda dan tujuan yang tidak sama," ujar Dr. Drs. Wahidin, M.Kes., Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Kemendukbangga, dilansir dari Antara, Jumat, 15 November 2024.

Wahidin menjelaskan bahwa vasektomi adalah metode kontrasepsi permanen bagi pria yang bertujuan untuk mencegah kehamilan dengan cara memotong dan mengikat saluran sperma, tanpa memengaruhi produksi hormon testosteron, gairah seksual, atau kemampuan ereksi.

Meskipun demikian, pria yang menjalani vasektomi masih dapat mengalami orgasme dan ejakulasi meskipun tanpa adanya sperma dalam cairan ejakulasi.

Prosedur vasektomi sendiri cukup sederhana. Dokter akan membuat sayatan kecil di area skrotum, kemudian memotong dan mengikat saluran sperma (vas deferens), yang berfungsi untuk mengangkut sperma dari testis ke uretra.

Baca juga: Mengerikan! Warga Temukan Kerangka Manusia Saat Gali Septic Tank di Jakut

Dengan adanya pemotongan dan pengikatan pada saluran sperma, maka sperma tidak bisa keluar saat ejakulasi. "Meskipun sperma tetap diproduksi, tubuh akan menyerapnya kembali," jelas Wahidin.

Sementara itu, kebiri bertujuan untuk menurunkan gairah seksual dan kemampuan reproduksi secara drastis, yang dilakukan melalui dua cara, yaitu operasi untuk mengangkat testis, atau dengan pemberian obat atau hormon yang menekan produksi testosteron.

Proses kebiri akan menurunkan kadar testosteron secara signifikan, yang mengarah pada penurunan gairah seksual, disfungsi ereksi, dan kemandulan yang bersifat permanen.

Menurut Wahidin, seperti prosedur medis lainnya, vasektomi juga memiliki potensi untuk menimbulkan efek samping dan komplikasi, meskipun hal ini jarang terjadi.

Efek samping yang umum terjadi setelah vasektomi adalah rasa nyeri dan pembengkakan pada area sekitar skrotum, namun kondisi ini biasanya akan membaik dalam beberapa hari dengan perawatan sederhana seperti kompres dingin dan obat pereda nyeri.

Baca juga: Menhut akan Siapkan Peta Jalan dan Reforestasi untuk Pulihkan 12 Juta Hektare Hutan

Kadang-kadang juga dapat terjadi pendarahan ringan. Beberapa tetes darah dari luka sayatan adalah hal yang normal. "Namun, jika perdarahan terus berlanjut atau berlebihan, segera konsultasikan dengan dokter," tambah Wahidin.

Wahidin menambahkan bahwa infeksi pada luka sayatan juga bisa terjadi meskipun kecil kemungkinannya. Gejala infeksi antara lain kemerahan, pembengkakan, rasa sakit yang semakin intens, serta demam.

Komplikasi yang lebih jarang terjadi namun mungkin muncul termasuk granuloma sperma, yaitu benjolan kecil yang tidak berbahaya yang muncul akibat tubuh bereaksi terhadap sperma yang bocor.

Selain itu, ada juga kemungkinan terbentuknya spermatocele, yaitu kista berisi cairan yang berkembang di saluran sperma, hidrokel yang menyebabkan pembengkakan pada skrotum, atau bahkan perdarahan hebat dan kegagalan prosedur.

"Pada kasus yang sangat jarang, vasektomi dapat gagal sepenuhnya dan menyebabkan rekanalisasi (pembukaan kembali) saluran sperma secara spontan," kata Wahidin.

Baca juga: Korsel Cermati Potensi AS Cabut Keringanan Pajak Mobil Listrik

x|close