Ntvnews.id, Jakarta - Ketegangan politik di Filipina memuncak setelah Wakil Presiden Sara Duterte mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr., istrinya Liza Araneta, dan Ketua Parlemen Martin Romualdez. Ancaman ini menandai eskalasi konflik antara dua keluarga paling berpengaruh di Filipina.
Sara Duterte, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, melontarkan ancaman tersebut dalam konferensi pers pada Jumat, 21 November 2024 malam. Dia mengungkapkan bahwa jika dirinya menjadi korban pembunuhan, ketiga tokoh tersebut harus dibunuh sebagai balasan.
“Saya telah berbicara dengan salah satu anggota tim keamanan saya. Saya mengatakan kepadanya, jika saya terbunuh, bunuh BBM (Bongbong Marcos), Ibu Negara Liza Araneta, dan Ketua Parlemen Martin Romualdez. Ini bukan lelucon,” ujar Sara dalam pernyataan penuh emosi.
Duterte Tuduh Marcos Jr Pecandu Narkoba
Perselisihan antara Rodrigo Duterte dengan Ferdinand Marcos Jr semakin memanas saat Duterte menuding Marcos Jr pencandu narkoba. Dia menuding Marcos Jr akan mengubah konstitusi demi menambah masa jabatan presiden Filipina.
Baca Juga: Pasca Diancam Wapres, Filipina Perketat Pengamanan untuk Presiden Marcos
Dilansir Associated Press, dalam pidatonya yang dipenuhi sumpah serapah pada Minggu, 28 Januari 2024, malam, Duterte menuduh Marcos berencana mengamandemen konstitusi dengan mencabut batasan masa jabatan.
Duterte memperingatkan hal tersebut bisa menyebabkan Marcos Jr digulingkan seperti ayahnya, Ferdinand Marcos, yang dikenal sebagai diktator. Duterte juga menuduh Marcos Jr sebagai pecandu narkoba.
"Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya Presiden yang pecandu narkoba," kata Duterte saat pidato di wilayah selatan kota Davao.
Badan Pemberantasan Narkoba Filipina pun membantah tudingan itu. Mereka mengatakan Marcos Jr tidak pernah ada dalam daftar tersebut, bertentangan dengan klaim Duterte. Pada tahun 2021 saat menjadi calon presiden, juru bicara Marcos menunjukkan dua laporan dari rumah sakit swasta dan laboratorium kepolisian nasional yang menyebutkan Marcos Jr negatif menggunakan kokain dan sabu.
Sara Duterte Mundur dari Menteri Pendidikan
Keretakan ini semakin jelas terlihat saat Sara Duterte mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kepala Badan Antipemberontakan. Dilansir Associated Press, Sara Duterte akan tetap menjadi wakil presiden. Sekretaris Komunikasi Cheloy Garafil mengatakan pengunduran diri itu telah diterima oleh Marcos Jr dan berlaku efektif pada 19 Juli 2024.
Baca Juga: Menko Yusril: Filipina Bakal Ubah Hukuman Mary Jane Veloso, Tak Ada Hukuman Mati
Sara Duterte yang berusia 46 tahun tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya. Sara Duterte Bayangkan Kepala Marcos Jr Terpenggal Pada Oktober 2024, GMA Network yang mengutip laporan 24 Oras, menyebut Sara Duterte mengatakan hubungannya dengan Marcos Jr telah menjadi 'beracun' ketika dia mulai berpikir untuk 'memenggal kepala Marcos Jr'.
"Saya membayangkan diri saya memenggal kepalanya. Jadi, saya menyadari bahwa itu beracun, begitulah imajinasi saya, dan saya tidak tahu apa-apa. Kemudian saya mengatakan bahwa ini sudah berakhir," kata Sara Duterte.
Dia mengingat saat menghadiri upacara wisuda bersama Marcos Jr di mana dia mendengar percakapan Presiden Filipina itu dengan seorang siswa.
"Para wisudawan berkata Bapak Presiden, bolehkah saya mendapatkan jam tangan Anda sebagai hadiah wisuda? Dia menjawab 'Mengapa, mengapa saya harus memberikan Anda jam tangan saya?'," ujar Sara Duterte.
"Saya sakit mendengarnya dan saya merasa ingin memenggal kepalanya. Tidak ada gunanya jika dua orang yang duduk di samping saya menertawakan anak itu," tambahnya.
Sara juga menegaskan bahwa perintahnya harus dilaksanakan jika dirinya tewas, meskipun dia tidak merinci lebih jauh terkait ancaman terhadap nyawanya.
Menanggapi ancaman Sara, Kantor Kepresidenan Filipina menyatakan bahwa pernyataan tersebut adalah ancaman serius. Mereka merujuk kasus ini kepada Komando Keamanan Kepresidenan untuk mengambil tindakan.
"Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus ditanggapi dengan serius, terutama ancaman yang diungkapkan secara jelas di depan publik," tegas pernyataan dari Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina.