Ntvnews.id, Jakarta - Uni Emirat Arab (UEA) memiliki alasan dan tujuan khusus terkait dukungannya terhadap Israel, yang berakar pada perjanjian dan hubungan bilateral yang telah dibangun oleh kedua negara.
Meski serangan Israel ke Jalur Gaza yang menelan banyak korban jiwa menuai kecaman dari berbagai negara Arab, termasuk UEA, hubungan diplomatik keduanya tetap terjaga.
Dilansir dari Al Jazeera, Selasa, 26 November 2024, UEA menegaskan pentingnya adanya "misi internasional sementara" untuk menangani dampak kemanusiaan pasca-konflik di Gaza.
Baca Juga: Serangan Udara Israel ke Lebanon Tewaskan 29 Orang
Kendati demikian, banyak pihak mengkritik UEA karena dinilai tidak mengambil langkah strategis sebagai salah satu negara Arab berpengaruh. UEA sendiri menyatakan bahwa mereka tidak akan mendukung Israel dalam upaya pascakonflik di Gaza kecuali ada pembentukan negara Palestina.
Namun, hubungan diplomatik yang erat antara UEA dan Israel kemungkinan besar terkait dengan perjanjian yang mengikat kedua negara selama beberapa dekade ke depan.
Hubungan Diplomatik di Bawah Perjanjian Abraham
Menurut laporan Reuters, UEA tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Israel meskipun mendapat tekanan internasional terkait serangan di Gaza.
Hubungan ini dimulai pada 2020 melalui Perjanjian Abraham yang ditengahi oleh Amerika Serikat. Perjanjian tersebut menjadikan UEA sebagai negara Arab pertama dalam 30 tahun yang secara resmi membangun hubungan diplomatik dengan Israel.
Baca Juga: Inggris Beri Sinyal Bakal Tangkap PM Israel Benjamin Netanyahu!
Sejak perjanjian itu, perdagangan bilateral antara kedua negara telah melampaui angka USD6 miliar. Selain itu, turis Israel kini ramai mengunjungi hotel, pantai, dan pusat perbelanjaan di UEA, yang dikenal sebagai pusat bisnis regional sekaligus kekuatan minyak OPEC.
Langkah ini juga mendorong negara-negara Arab lain untuk menjalin hubungan dengan Israel, meski tanpa prasyarat pembentukan negara Palestina.
Ketegangan Akibat Konflik Gaza
Selama tiga tahun terakhir, UEA dan Israel semakin mempererat hubungan ekonomi dan keamanan. Namun, UEA mengalami kesulitan dalam memengaruhi serangan Israel di Gaza, yang menurut pejabat Palestina telah menewaskan lebih dari 11.000 orang.
Kekecewaan juga muncul terhadap Washington, mitra keamanan utama UEA, yang dinilai kurang memberikan tekanan pada Israel untuk mengakhiri perang di Gaza.
Seorang pejabat senior Eropa mengatakan kepada Reuters bahwa negara-negara Arab kini mulai menyadari bahwa normalisasi hubungan dengan Israel tidak mungkin dilakukan tanpa menyelesaikan isu Palestina.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada keuntungan ekonomi dan diplomatik dari hubungan UEA-Israel, persoalan Palestina tetap menjadi tantangan besar dalam hubungan tersebut.