Ntvnews.id, Bangladesh - Pengadilan Tinggi Bangladesh pada hari Minggu, 1 Desember 2024 membebaskan putra mantan Perdana Menteri Khaleda Zia, Tarique Rahman dan 48 orang lainnya, membatalkan hukuman mereka dalam serangan granat mematikan pada tahun 2004 lalu di sebuah rapat umum politik.
Keputusan tersebut diambil usai mengalami ketegangan politik setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina meninggalkan negaranya ke India pada bulan Agustus, menyusul pemberontakan massal yang menyebabkan ratusan orang tewas.
Melansir dari Associated Press, Rahman selaku ketua Partai Nasionalis Bangladesh yang dipimpin Zia mengasingkan diri di London, dan ia bisa menjadi pemimpin Bangladesh berikutnya jika partainya terpilih untuk berkuasa.
Rahman dan 48 orang lainnya dinyatakan bersalah pada tahun 2018 dalam serangan yang menargetkan rapat umum yang diadakan oleh pendukung Hasina, yang memimpin oposisi pada saat itu, menyebabkan belasan orang tewas dan melukai sekitar 300 lainnya.
Ketua Partai Nasionalis Bangladesh dan mantan perdana menteri Khaleda Zia. (AP)
Kemudian Rahman mendapat hukuman penjara seumur hidup, dan partai Zia menuduh keputusan tersebut bermotif politik.
Hakim yang beranggotakan dua orang pada hari Minggu, membatalkan seluruh putusan tahun 2018 untuk 49 pria tersebut, menyusul pengajuan banding yang diajukan oleh para terdakwa, Shishir Monir, seorang pengacara yang mengatakan kepada pengadilan bahwa persidangan dan putusan tersebut ilegal.
"Hasilnya, seluruh terdakwa dibebaskan," katanya, dikutip Senin, 2 Desember 2024.
Zia, yang memerintah negara itu sebagai perdana menteri antara tahun 2001-2006, dan Hasina adalah politisi paling kuat dan saingan lama di negara tersebut.
Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus telah menjadi pemimpin sementara Bangladesh sejak Hasina pergi, namun pihak berwenang telah berjuang untuk menegakkan ketertiban di tengah peradilan massa, kekacauan dan klaim penargetan sistematis terhadap kelompok minoritas, khususnya umat Hindu, yang menurut Yunus dilebih-lebihkan.