Ntvnews.id, Jakarta - Baru-baru ini, tersebar kabar yang mengkhawatirkan dari sejumlah ilmuwan yang menyatakan adanya prediksi hari kiamat yang akan segera terjadi di Bumi.
Mereka mengungkapkan bahwa dampak buruk dari fenomena ini semakin nyata dan berpotensi menyebabkan bencana global yang besar pada akhir abad ini.
Dilansir dari Live Science, Senin, 27 Mei 2024, suatu makalah terbaru telah diterbitkan dalam jurnal BioScience, yang ditandatangani oleh lebih dari 15.000 ilmuwan dari 161 negara.
Para ilmuwan tersebut mengingatkan bahwa kehidupan di Bumi saat ini berada dalam ancaman yang serius dan menuju arah yang semakin dekat menuju 'kiamat'.
Ilustrasi Kiamat (Freepict)
"Makalah tersebut menyoroti bahwa selama beberapa dekade, para ilmuwan telah secara konsisten memberikan peringatan mengenai masa depan yang dipenuhi dengan kondisi iklim ekstrem akibat meningkatnya suhu global yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer," demikian yang tertulis dalam makalah tersebut, yang dikutip dari Futurism, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Tanda Kiamat Ini Sempat Muncul di Makkah, Benarkah?
Sering Terabaikan, Tanda Kiamat Ini Ternyata Sudah Sering Terjadi
"Sayangnya, saat ini sudah tidak ada waktu lagi," tambah penelitian tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, peneliti pascadoktoral Oregon State University (OSU) dan salah satu penulis utama studi Christopher Wolf menyampaikan makalah tersebut sambil mengungkap strategi mitigasi yang besar.
"Kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi dan dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih," kata Wolf.
Dalam studi tersebut, postdoc OSU dan 11 rekan penulis lainnya memasukkan banyak poin data mengejutkan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, banyak rekor iklim dipecahkan dengan margin yang sangat besar.
Para penulis menunjuk secara khusus seperti musim kebakaran hutan Kanada yang sangat aktif tahun ini. Peneliti mengatakan bahwa kejadian ini menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru, yang bisa dibilang merupakan salah satu kalimat akademis paling menakutkan yang pernah ditulis.
Ilustrasi Kiamat (Istimewa)
Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple, yang merupakan salah satu penulis penelitian ini, menambahkan bahwa tahun ini telah membawa pola yang sangat mengkhawatirkan. Pola tersebut tentu bukan kabar yang menggembirakan, sebab manusia hanya berbuat sedikit untuk memperbaiki keadaan.
"Kami juga hanya menemukan sedikit kemajuan yang bisa dilaporkan terkait upaya umat manusia dalam memerangi perubahan iklim," kata Ripple dalam pernyataannya.
Seperti banyak ilmuwan sebelumnya, 12 penulis studi dan ribuan penandatangan studi tersebut tidak hanya menunjuk pada industri bahan bakar fosil yang sangat berpolusi. Tetapi juga perwakilan pemerintah yang mensubsidi mereka sebagai salah satu akar penyebab efek bola salju iklim ini.
Baca Juga:
Misteri Ramalan Jayabaya Soal 20 Tanda-tanda Kiamat yang Telah Muncul di Dunia
Menurut makalah tersebut, antara tahun 2021 dan 2022, subsidi bahan bakar fosil meningkat dua kali lipat dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun. Perlu dicatat bahwa jumlah tersebut hanya terjadi di Amerika Serikat, belum negara yang lain.
"Kita harus mengubah perspektif kita mengenai darurat iklim dari sekedar isu lingkungan hidup yang terisolasi menjadi ancaman yang sistemik dan eksistensial," tulis para penulis makalah tersebut.
Peneliti mengatakan, beralih dari bahan bakar fosil, serta memerangi konsumsi berlebihan oleh orang-orang kaya adalah hal yang harus dilakukan.
Dua hal pertama itu perlu dilakukan untuk mencegah bencana lebih lanjut sebelum abad ke-21 berakhir pada 2100 mendatang atau 77 tahun lagi.