Ntvnews.id, Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin 2 November lalu , mengeluarkan peringatan keras mengenai dampak serius di Timur Tengah jika para sandera yang ditawan Hamas tidak dibebaskan sebelum pelantikannya, yang hanya beberapa minggu lagi. Trump dijadwalkan dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025.
"Semua orang membicarakan para sandera yang ditawan dengan sangat kejam, tidak manusiawi, dan bertentangan dengan keinginan seluruh dunia, di Timur Tengah," ujar Trump, Selasa 3 Desember 2024.
Baca Juga : Kash Patel Calon Direktur FBI Pilihan Donald Trump
"Tapi itu semua hanya omong kosong, dan tidak ada tindakan!" kata Trump di platform media sosialnya.
"Kalau para sandera tidak dibebaskan sebelum 20 Januari 2025, tanggal saya dengan bangga memangku jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada KONSEKUENSI BESAR di Timur Tengah, dan bagi mereka pelaku kekejaman terhadap kemanusiaan ini," Tambahnya.
"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima hukuman lebih berat daripada siapa pun yang pernah menerima hukuman dalam sejarah Amerika Serikat yang panjang. BEBASKAN PARA SANDERA SEKARANG!" katanya lagi.
Israel memperkirakan masih ada 101 warga Israel yang ditahan di Gaza, hampir 14 bulan setelah perang yang menewaskan lebih dari 44.000 orang dan melukai 105.000 lainnya, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta menghancurkan Jalur Gaza.
Aktivis di Israel mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera, namun banyak yang mengeluh karena Netanyahu diduga sengaja menghalangi kemungkinan kesepakatan demi kepentingan politiknya.
Kelompok Hamas, pada Senin 2 November lalu, melaporkan bahwa 33 sandera Israel telah tewas, sebagian besar akibat serangan udara Israel sejak 7 Oktober 2023. Dalam sebuah video yang diunggah ke Telegram, Hamas mengklaim bahwa "33 tahanan Israel tewas, dan beberapa di antaranya masih hilang akibat sikap keras kepala Netanyahu."
Hamas memperingatkan bahwa agresi Israel yang berlanjut akan meningkatkan jumlah korban jiwa di kalangan sandera.
Baca Juga : Biden Ampuni Putranya dari Kasus yang Menjerat, Ini Respons Tak Terduga Trump
Netanyahu, yang memimpin serangan Israel selama 14 bulan di Gaza, baru-baru ini dikatakan mendukung pemilihan Donald Trump ke Gedung Putih.
Dalam masa jabatannya yang pertama, Trump mengambil langkah kontroversial seperti memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem, yang memicu kemarahan Palestina karena mereka menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan Negara Palestina. (Sumber: Antara)