Ntvnews.id, Moskow - Kremlin memperingatkan bahwa rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO akan menjadi "ancaman yang tidak dapat diterima" bagi Rusia.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 4 Desember 2024, Peringatan ini disampaikan saat para Menteri Luar Negeri NATO berkumpul di Brussels untuk membahas berbagai isu, termasuk aspirasi Kyiv untuk menjadi bagian dari aliansi tersebut.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa keputusan semacam itu tidak dapat diterima oleh Moskow karena dianggap mengancam keamanan Rusia. “Ini adalah ancaman bagi kami,” ujar Peskov kepada wartawan.
Baca Juga: Geger! Pesawat Militer China dan Rusia Masuki Zona Pertahanan Korea Selatan
Ukraina berharap mendapatkan undangan keanggotaan dari NATO selama pertemuan tersebut. Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa jika NATO mengundang negaranya, keanggotaan itu harus mencakup seluruh wilayah Ukraina, bukan hanya sebagian.
"Tidak dapat diterima jika NATO hanya mengundang sebagian wilayah kami," tegas Zelensky dalam pertemuan dengan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa di Kyiv.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Ukraina mengecam Memorandum Budapest 1994, perjanjian yang memuat janji keamanan sebagai imbalan atas pelepasan senjata nuklir Ukraina pasca-runtuhnya Uni Soviet.
Baca Juga: Rusia Tawarkan Pertukaran 630 Tahanan Perang dengan Ukraina
Kyiv menganggap jaminan keamanan tersebut tidak pernah diwujudkan, terutama setelah invasi Rusia ke Crimea pada 2014 dan konflik bersenjata di Ukraina timur.
"Sudah cukup dengan Memorandum Budapest dan Perjanjian Minsk. Dua kali sudah cukup. Kita tidak boleh jatuh ke perangkap yang sama untuk ketiga kalinya," kata Zelensky, merujuk pada perjanjian yang gagal melindungi Ukraina dari agresi Rusia.
Kementerian Luar Negeri Ukraina mendesak Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan China—penandatangan Memorandum Budapest—untuk memberikan jaminan keamanan yang nyata. Mereka juga menekankan bahwa keanggotaan penuh Ukraina di NATO adalah satu-satunya cara efektif untuk mencegah agresi lebih lanjut dari Rusia.