PBB Sebut 16 Juta Orang di Suriah Butuhkan Bantuan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Des 2024, 17:58
Muhammad Hafiz
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Suriah sedang berada di persimpangan antara perdamaian dan perang. Suriah sedang berada di persimpangan antara perdamaian dan perang. (ANtara)

Ntvnews.id, PBB - Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa situasi di Suriah saat ini sangat tidak stabil dan dinamis, dengan lebih dari 16 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat bahwa dalam periode 28 November hingga 8 Desember, lebih dari satu juta orang di wilayah barat dan barat laut Suriah terpaksa mengungsi.

"Kebutuhan mendesak saat ini mencakup tempat penampungan, makanan, dan fasilitas sanitasi," ungkap OCHA.

Baca juga: Selain Klaim Bisa Hilangkan Bopeng di Wajah, Ria Beauty Juga Tawarkan Perawatan Kemaluan dan Anus

Mayoritas pengungsi baru terdiri dari perempuan dan anak-anak yang berasal dari Aleppo, Hama, Homs, dan Idlib. Kondisi yang terus berubah mengakibatkan semakin banyak warga yang mulai kembali ke rumah mereka, meskipun akses transportasi yang terbatas menghambat mobilitas penduduk, distribusi barang, dan penyaluran bantuan kemanusiaan.

Selain itu, OCHA melaporkan adanya penjarahan terhadap properti sipil, pabrik, serta gudang yang menyimpan pasokan kemanusiaan.

"Meskipun menghadapi tantangan besar, kami bersama mitra tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan darurat," tambahnya.

Operasi Bantuan Kembali Normal di Wilayah Barat Laut Suriah

OCHA juga menyebutkan bahwa operasi kemanusiaan di wilayah Idlib dan Aleppo utara telah kembali normal. Tiga jalur perbatasan dari Turkiye yang digunakan untuk mendistribusikan bantuan juga masih berfungsi.

"Di wilayah timur laut, kami telah mengirimkan bantuan untuk para pengungsi baru dari Aleppo," kata OCHA. "Di Aleppo sendiri, bantuan dasar seperti makanan, layanan kesehatan, air bersih, dan dukungan gizi telah disalurkan."

Namun, kapasitas fasilitas kesehatan sangat terbatas akibat kekurangan tenaga medis, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.

"Tim kesehatan kami tetap memberikan layanan darurat, termasuk bantuan trauma, dan mengerahkan unit medis ke pusat-pusat penerimaan serta sekolah di wilayah seperti Raqqa, Tabqa, dan Al-Hasakeh," jelas OCHA.

Upaya Organisasi Kemanusiaan dan Tantangan Pemulihan

Organisasi seperti UNICEF dan UNFPA telah mendirikan klinik tetap di Homs dan mengirimkan tim keliling untuk menjangkau warga terdampak. Di wilayah barat laut, 24 fasilitas kesehatan yang sebelumnya berhenti beroperasi kini telah kembali aktif. Namun, masih ada banyak fasilitas yang belum dapat berfungsi.

"Suriah saat ini berada di persimpangan antara perdamaian dan kehancuran," ungkap Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi. Ia menambahkan bahwa ada peluang besar bagi warga Suriah untuk kembali ke rumah, tetapi situasi yang belum stabil membuat banyak pengungsi tetap ragu untuk pulang.

UNHCR menyarankan agar fokus tetap diberikan pada isu kepulangan pengungsi. Proses ini harus dilakukan secara sukarela, aman, dan berkelanjutan, dengan pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang akurat.

Kebutuhan Dukungan Internasional

Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, meminta komunitas internasional untuk memastikan bahwa UNHCR dan mitranya memiliki sumber daya yang memadai untuk memberikan bantuan, terutama di negara-negara tetangga Suriah yang masih menampung jutaan pengungsi.

"Negara-negara ini memerlukan dukungan global untuk mempertahankan kedermawanan mereka," ujar Dujarric. "Bantuan harus disediakan dengan fleksibilitas agar dapat menjangkau mereka yang paling membutuhkan."

(Sumber: Antara)

x|close