Ntvnews.id, Kinshasa - Otoritas kesehatan di Republik Demokratik Kongo (DRC) sedang menyelidiki wabah penyakit misterius yang telah merenggut puluhan nyawa di negara tersebut.
"Kami tidak tahu apakah ini disebabkan oleh virus atau bakteri," ujar Direktur Jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Nasional, Dieudonne Mwamba.
Dilansir dari DW, Rabu, 11 Desember 2024, menyebut hingga saat ini, hampir 80 kematian telah dikonfirmasi dari total 376 kasus yang dilaporkan sejak infeksi pertama terdeteksi pada akhir Oktober.
Anak-anak Menjadi Kelompok Paling Rentan
Wabah ini terkonsentrasi di Distrik Panzi, Provinsi Kwango, sekitar 700 kilometer dari Kinshasa. Wilayah ini terpencil, dengan akses jalan yang sulit dan fasilitas kesehatan yang sangat minim.
Baca Juga: WHO Bantu Pemerintah Kongo Selidiki Penyakit Misterius
Pemerintah telah mengirimkan tim ahli medis, termasuk epidemiolog, untuk memeriksa situasi di lapangan. Sampel dari pasien juga telah dibawa ke Kikwit untuk dianalisis.
Menurut Menteri Kesehatan Samuel-Roger Kamba, gejala yang dialami pasien meliputi demam, batuk, pilek, sakit kepala, dan nyeri tubuh.
"Ini adalah sindrom yang menyerupai flu, dengan gangguan pernapasan pada beberapa anak dan orang dewasa yang telah meninggal," jelasnya.
Sebanyak 40% kasus terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun, banyak di antaranya mengalami kondisi malnutrisi. Menteri Kesehatan Provinsi, Apollinaire Yumba, juga melaporkan adanya penurunan kadar hemoglobin yang tidak normal pada pasien.
Ia memperingatkan warga untuk menghindari kontak dengan jenazah guna mencegah penyebaran, seraya meminta dukungan nasional dan internasional untuk suplai medis. Sementara itu, tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah tiba untuk membantu penanganan.
Langkah Penanggulangan Penyakit
Kamba menjelaskan bahwa wabah ini muncul selama musim flu, yang biasanya berlangsung dari Oktober hingga Maret dan memuncak pada Desember.
"Apakah ini flu musiman yang parah dengan kondisi memperburuk seperti malnutrisi, anemia, atau penyakit lain? Atau ini adalah infeksi baru? Kita akan mengetahuinya dari hasil analisis," jelasnya.
Baca Juga: Kelompok Pemberontak ADF Lakukan Penyerangan di Kongo, Setidaknya 35 Orang Tewas
Wakil Gubernur Remy Saki menyebutkan bahwa langkah pencegahan telah diterapkan, termasuk pembatasan pergerakan penduduk oleh petugas imigrasi dan penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan masker. Langkah-langkah ini mengacu pada pengalaman selama pandemi COVID-19.
Mpox Masih Menjadi Ancaman
Di sisi lain, Republik Demokratik Kongo juga sedang menghadapi epidemi cacar monyet atau mpox, dengan lebih dari 47.000 kasus dan lebih dari 1.000 kematian yang diduga terkait penyakit tersebut.
Dieudonne Mwamba menekankan pentingnya kewaspadaan tinggi dalam menghadapi wabah baru ini. Ia juga menyoroti bahwa wilayah Panzi pernah mengalami wabah tifus besar dua tahun lalu, dengan tingkat malnutrisi mencapai 40%, yang membuat penduduk semakin rentan terhadap penyakit.