Ntvnews.id, Jakarta - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, disebut "siap berunding" mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera di Jalur Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan.
"Netanyahu siap berunding. Ketika saya pergi ke Doha dan Kairo, tujuan saya adalah memastikan kesepakatan tercapai bulan ini, bukan nanti," ujar Sullivan, Jumat 13 Desember 2024.
Baca Juga : Trump Mau Undang Presiden Xi Jinping ke Pelantikannya
Ia menjelaskan bahwa Amerika Serikat sedang berusaha "menyelesaikan kesepakatan mengenai pembebasan sandera dan gencatan senjata," yang diharapkan dapat mengakhiri konflik di wilayah Palestina dan memungkinkan para sandera bertemu kembali dengan keluarga mereka.
Sullivan juga mengingat kesepakatan yang tercapai lebih dari setahun lalu, yang berhasil membebaskan 78 sandera dari Gaza dan mengembalikan mereka kepada keluarga masing-masing.
"Sudah saatnya menyelesaikan tugas ini dan membawa semua sandera pulang," katanya.
Amerika Serikat meyakini bahwa kesepakatan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera akan menjadi langkah awal untuk memulihkan mereka, serta membuka peluang besar untuk peningkatan bantuan kemanusiaan.
"Kami membahas situasi kemanusiaan dan penderitaan warga sipil Palestina di Gaza. Hari ini, kami juga mendiskusikan aliran bantuan yang sangat dibutuhkan serta langkah-langkah yang perlu diambil dalam beberapa hari ke depan," tambahnya.
Baca Juga : 37 WNI dari Suriah Tiba di Jakarta
Sullivan tiba di Israel pada Kamis untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat Israel mengenai perkembangan terbaru, khususnya terkait situasi di Gaza dan Suriah.
Menurut laporan media, Netanyahu mengadakan pembicaraan dengan Sullivan mengenai gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.
Sullivan juga dijadwalkan mengunjungi Mesir dan Qatar sebagai bagian dari kunjungannya ke kawasan Timur Tengah.
Lebih dari 44.800 orang dilaporkan tewas di Gaza sejak Israel melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah tersebut pada awal Oktober 2023, berdasarkan data resmi.
PBB memperkirakan sekitar 70 persen korban adalah perempuan dan anak-anak.
Israel memperkirakan ada 100 sandera di Gaza, termasuk tujuh di antaranya yang merupakan warga negara Amerika.
(Sumber Antara)