Rusia Sebut NATO Tingkatkan Aktivitas Militer di Kawasan Kutub Utara

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Des 2024, 15:56
Muhammad Hafiz
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Markas NATO di Brussel, Belgia. Ilustrasi - Markas NATO di Brussel, Belgia. (Antara)

Ntvnews.id, Moskow - Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dilaporkan meningkatkan aktivitas dan kehadiran militer mereka di wilayah Arktik, demikian disampaikan oleh Panglima Angkatan Laut Rusia Aleksandr Moiseev pada Kamis, 12 Desember 2024.

“Mengingat Arktik sebagai wilayah yang berpotensi konflik, Amerika Serikat dan negara-negara NATO telah meningkatkan aktivitas militer di wilayah tersebut,” kata Moiseev dalam Forum Internasional XIV bertajuk "Arktik: Masa Kini dan Masa Depan".

Ia menambahkan bahwa latihan militer dan operasi angkatan laut NATO di Samudra Arktik semakin diperluas, diiringi dengan peningkatan intensitas pengintaian udara dan aktivitas kapal militer serta kapal pengintai.

Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha PT Sarana Sultra Ventura

Moiseev juga mengungkapkan bahwa negara-negara yang dianggap tidak bersahabat dengan Rusia telah memperbesar kehadiran militer mereka di Arktik.

"Selain langkah-langkah politik dan ekonomi untuk menghalangi Rusia di Kutub Utara, negara-negara yang tidak bersahabat juga meningkatkan kehadiran militer mereka di wilayah tersebut," ujarnya.

Sejak pembentukan kembali Armada Operasional Kedua Angkatan Laut AS pada 2018, dan pembentukan Armada Komando Gabungan Norfolk NATO pada 2019, Arktik telah menjadi lokasi operasi pasukan permanen. Moiseev menyebut bahwa peningkatan infrastruktur militer dan pengerahan pasukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Arktik terus berlanjut pada 2024.

Menurutnya, situasi militer dan politik di Kutub Utara menjadi semakin tegang, disertai dengan risiko konflik yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh persaingan ketat antarnegara besar untuk menguasai sumber daya alam di Samudra Arktik serta jalur laut dan udara strategis.

"Situasi ini mencerminkan meningkatnya potensi konflik akibat persaingan untuk mengakses sumber daya dan rute transportasi di wilayah tersebut," tambah Moiseev.

Ia juga menyoroti penghentian kerja sama internasional dengan Rusia di organisasi-organisasi regional, peningkatan kehadiran militer asing di Arktik, dan upaya negara-negara Barat menciptakan hambatan bagi aktivitas ekonomi Rusia di kawasan tersebut.

Dalam konteks lain, Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer, pada Senin, 25 November 2024, meminta komunitas bisnis bersiap menghadapi kemungkinan "skenario perang" dengan memindahkan lini produksi mereka ke negara asal. Ia menegaskan bahwa dalam situasi perang, China dan Rusia dapat menutup akses ke lini produksi mereka.

"Militer mungkin memenangi pertempuran, tetapi ekonomi lah yang akan memenangi perang," kata Bauer dalam pidatonya di Brussels, Belgia.

(Sumber: Antara)

x|close