Ntvnews.id, Jakarta - Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok Hamas, menyatakan bahwa tentara Israel membom sebuah lokasi di Jalur Gaza, tempat sandera Israel ditahan. Mereka mengonfirmasi bahwa pemboman dilakukan secara berulang untuk memastikan kematian para sandera tersebut.
tahanan musuh berada dan mengulangi pengeboman untuk memastikan kematian mereka,” kata Juru Bicara Brigade Al-Qassam, Abu Obaida, Minggu 15 Desember 2024.
Baca Juga : Rusia Sebut NATO Tingkatkan Aktivitas Militer di Kawasan Kutub Utara
Obaida menyatakan bahwa sayap militer tersebut memiliki informasi intelijen yang memastikan bahwa Israel sengaja membom lokasi tersebut dengan tujuan untuk membunuh para sandera beserta penjaga mereka.
"Pejuang kami berusaha menyelamatkan para tawanan Israel dan berhasil menyelamatkan salah satu dari mereka, namun nasib yang lainnya masih belum diketahui,” tambahnya.
Obaida menuding Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu, pemerintahannya, dan tentara Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas peristiwa tersebut serta atas nyawa para tawanan.
Baca Juga : RS Indonesia di Gaza Dibombardir Lagi oleh Israel
Sebuah video yang dirilis oleh Brigade Al-Qassam memperlihatkan lokasi yang dibom dan seorang individu, tanpa menjelaskan apakah mereka terbunuh atau terluka, serta tanpa menampilkan fitur wajah. Video tersebut juga mencantumkan pernyataan: "Netanyahu dan (Kepala Staf Jenderal Herzi) Halevi berusaha menyingkirkan para tawanan mereka di Gaza dengan segala cara."
Israel memperkirakan saat ini terdapat 101 tawanan Israel yang ditahan di Gaza.
Usaha mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan antara Israel dan Hamas telah gagal karena penolakan Netanyahu untuk menghentikan konflik yang sedang berlangsung.
Israel telah melancarkan perang di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 44.800 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Tahun kedua serangan di Gaza telah menuai kecaman internasional yang semakin meningkat, dengan banyak tokoh dan lembaga yang melabeli serangan dan blokade bantuan sebagai upaya untuk menghancurkan Palestina.
(Sumber Antara)