Ntvnews.id, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa dinamika global semakin sulit diprediksi, salah satunya dipengaruhi oleh terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Hal ini menjadi perhatian penting, mengingat kebijakan Trump yang cenderung mengutamakan kepentingan nasionalnya dan kurang mendukung multilateralisme. Trump lebih mengutamakan kesepakatan bilateral, yang memengaruhi hubungan perdagangan internasional.
"Trump tidak percaya pada multilateralisme, dia hanya percaya pada kesepakatan bilateral," ungkap Perry dalam Seminar KAFEGAMA di Menara BTN.
Baca Juga: Kash Patel Calon Direktur FBI Pilihan Donald Trump
Perry menjelaskan bahwa Trump cenderung menargetkan negara-negara dengan surplus perdagangan besar terhadap AS, seperti China, Kanada, Eropa, dan satu negara di Asia Tenggara, yakni Vietnam.
Perry juga menyoroti bahwa Trump berencana memberlakukan tarif perdagangan tinggi.
"Dia sudah merencanakan tarif minimal 25% untuk produk-produk dari China mulai semester II-2025, dan tarif tambahan untuk Kanada juga telah diumumkan," tambahnya.
Kebijakan ini dianggap sebagai upaya untuk menekan impor dan meningkatkan ekspor AS, dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Selain kebijakan perdagangan, Trump juga menyiapkan langkah-langkah ketat dalam bidang imigrasi. Perry mencatat bahwa pekerja asing tanpa izin resmi di AS akan menghadapi deportasi paksa, sebagai bagian dari kebijakan imigrasi ketat Trump.
Baca Juga: Imigran di AS Bersiap Hadapi Ancaman Deportasi Massal yang Dilakukan Donald Trump
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan peluang kerja bagi warga negara AS, khususnya dengan mengurangi dominasi pekerja asing, termasuk dari Meksiko.
"Dia ingin memastikan bahwa lapangan kerja diisi oleh warga Amerika, bukan oleh pekerja asing," jelas Perry.
Perry juga mengingatkan bahwa meskipun surplus perdagangan Indonesia dengan AS tidak terlalu besar, penting bagi Indonesia untuk memahami strategi kebijakan Trump. Indonesia perlu mencari cara untuk menjalin perjanjian dagang langsung dengan AS, bukan hanya melalui mekanisme multilateral seperti WTO atau CEPA.
Menurut Perry, memahami kebijakan ekspor-impor Trump menjadi kunci penting untuk mengantisipasi dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.