Ntvnews.id, Washington - Dua orang meninggal dunia dan enam lainnya, termasuk beberapa siswa, mengalami cedera dalam sebuah insiden penembakan di sebuah sekolah di Wisconsin, Amerika Serikat, pada Senin, 16 Desember 2024, menurut keterangan polisi.
Kejadian tragis tersebut berlangsung di Sekolah Kristen Abundant Life, yang memiliki jenjang pendidikan dari TK hingga kelas 12, yang terletak di Kota Madison.
Korban tewas terdiri dari seorang guru dan seorang siswa, sementara tersangka, yang juga seorang siswa, dilaporkan tewas di tempat.
"Kejadian ini adalah hari yang sangat menyedihkan, bukan hanya untuk Madison, tetapi juga bagi seluruh negara kita," ungkap Kepala Polisi Madison, Shon Barnes, dalam konferensi pers.
Baca juga: Kapolrestabes Semarang Diperiksa Kasus Penembakan Siswa SMK, Ini Jawab Mabes Polri
"Setiap orang yang berada di gedung tersebut, setiap anak, adalah korban, dan akan tetap menjadi korban selamanya. Trauma seperti ini tidak akan hilang begitu saja," lanjutnya.
Pihak Kepolisian Madison mengoreksi jumlah korban yang sebelumnya diumumkan, yang menyebutkan lima orang meninggal, dan menjelaskan bahwa informasi tersebut tidak akurat.
"Koreksi yang benar adalah tiga orang yang meninggal dunia, sementara total korban yang terluka mencapai sembilan orang, termasuk yang meninggal," kata polisi dalam sebuah postingan di Facebook.
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden AS Joe Biden telah menerima laporan mengenai penembakan tersebut.
"Pejabat tinggi Gedung Putih sedang berkoordinasi dengan pihak berwenang setempat di Madison untuk memberikan dukungan yang diperlukan," ujar Emilie Simons, wakil sekretaris pers, dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Kapolrestabes Semarang Diperiksa Kasus Penembakan Siswa SMK, Ini Jawab Mabes Polri
Amerika Serikat telah lama dikenal dengan insiden penembakan fatal di sekolah-sekolah, yang terjadi berulang kali, dengan beberapa kasus menewaskan puluhan korban.
Masalah terkait pengendalian senjata api terus menuai kritik dari berbagai kalangan masyarakat, yang menilai kurangnya langkah pengamanan menyebabkan banyak anak menjadi korban. (Sumber: Antara)