Ntvnews.id, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui adanya kegagalan dalam badan keamanan negaranya terkait pembunuhan seorang jenderal senior yang tewas dalam ledakan bom di Moskow pekan ini. Pengakuan ini merupakan langkah langka dari Putin menyusul serangan mematikan yang diklaim oleh Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Sabtu, 21 Desember 2024, Letnan Jenderal Igor Kirillov, Kepala Pasukan Perlindungan Nuklir, Biologi, dan Kimia Rusia, dipastikan tewas dalam ledakan bom yang dipasang pada sebuah skuter di luar gedung apartemen di wilayah Ryazansky Prospekt, Moskow, pada Selasa, 17 Desember 2024.
Kirillov meninggal bersama asistennya, Ilya Polikarpov, dalam insiden yang menjadi salah satu serangan paling berani yang diklaim oleh Kyiv sejak awal konflik.
Baca Juga: Putin Ungkap Kesiapan Bertemu dan Berunding dengan Donald Trump
Dalam konferensi pers akhir tahun, Jumat, 20 Desember 2024, , Putin memberikan tanggapan atas kematian Kirillov untuk pertama kalinya. Ia secara terbuka mengakui kekurangan dalam kinerja dinas keamanan Rusia yang memungkinkan serangan ini terjadi.
"Dinas khusus kita melewatkan serangan ini. Ini menunjukkan perlunya peningkatan kinerja. Kita tidak boleh membiarkan kesalahan serius seperti ini terulang," ujar Putin tegas.
Putin menyebut insiden yang menewaskan Kirillov dan asistennya sebagai aksi "terorisme". Pernyataan ini muncul lebih dari 48 jam setelah ledakan terjadi, di mana bom yang terpasang pada skuter meledak ketika Kirillov dan asistennya berjalan keluar dari gedung apartemen pada dini hari.
Komite Investigasi Rusia telah menahan seorang warga negara Uzbekistan sebagai tersangka. Tersangka diduga "direkrut oleh pasukan khusus Ukraina".
Baca Juga: Trump Telpon Putin, Minta Hal Tak Terduga Ini
Ukraina, melalui sumber dari dinas keamanan SBU, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, menyebut Kirillov sebagai "penjahat perang" yang menjadi "target sah" karena perannya dalam dugaan penggunaan senjata kimia terlarang terhadap militer Ukraina.
Kirillov menjadi pejabat militer Rusia berpangkat tertinggi yang tewas sejak invasi ke Ukraina dimulai hampir tiga tahun lalu.
Sebelumnya, Ukraina juga diduga terlibat dalam serangkaian serangan lain di Rusia, termasuk bom mobil yang menewaskan tokoh nasionalis Darya Dugina pada Agustus 2022 dan ledakan di kafe Saint Petersburg pada April 2023 yang menewaskan jurnalis militer Maxim Fomin, alias Vladlen Tatarsky.
Serangan-serangan ini menimbulkan kekhawatiran serius mengenai protokol keamanan bagi pejabat tinggi Rusia dan tokoh masyarakat yang terlibat dalam operasi militer negara itu di Ukraina.