Ntvnews.id, Jakarta - Viral unggahan di media sosial terkait dugaan pemerasan oleh sejumlah oknum polisi terhadap warga negara Malaysia yang menghadiri konser DWP di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat. Hal ini tentu menjadi sorotan netizen, tak terkecuali Hotman Paris dalam unggahan instagramnya @hotmanparisofficial membagikan potongan berita dari kasus ini.
“Tahun 2024
@djakartawarehouseproject (DWP),
Festival musik dansa elektronik terkemuka di Indonesia, menjadi berita utama karena alasan yang salah. Meskipun acara ini memukau para penggemar dengan penampilan terbaik dari DJ internasional dan lokal, acara ini dibayangi oleh tuduhan pelanggaran yang dilakukan oleh polisi terhadap pengunjung asal Malaysia.
Diselenggarakan pada tanggal 13-15 Desember di JlExpo Kemayoran, Jakarta, festival ini menarik ribuan penggemar musik dari seluruh dunia. Di antara mereka terdapat ratusan warga Malaysia yang kini mengaku menjadi korban pelecehan, penangkapan sewenang-wenang, dan pemerasan oleh pihak berwenang Indonesia.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, media sosial Malaysia dipenuhi dengan kemarahan. Unggahan-unggahan yang viral menuduh polisi Indonesia menargetkan lebih dari 400 peserta dari Malaysia, dan diduga melakukan pemerasan dengan jumlah total RM9 juta (sekitar Rp32 miliar).
Beberapa laporan bahkan mengklaim bahwa para peserta dipaksa untuk membayar meskipun telah lulus tes narkoba. Unggahan di media sosial telah menyerukan boikot terhadap DWP dengan menggunakan tagar seperti #BOIKOTTDWP, !!!!! Wa dari Malasya: Terbaik Pak Hotman! Tolong berikan keadilan kepada para korban” tulis keterangan unggahan Hotman, Sabtu, 21 Desember 2024.
Sebagain informasi tambahan, sasus ini bermula dari viralnya unggahan di media sosial terkait dugaan pemerasan oleh sejumlah oknum polisi terhadap warga negara Malaysia yang menghadiri konser DWP di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Penonton DWP Asal Malaysia Ngaku Diperas Polisi, Polda Metro Lakukan Ini..
Dalam narasi yang diunggah di platform Twitter atau X, disebutkan adanya keluhan dari sejumlah warga Malaysia mengenai tindakan polisi yang berjaga selama acara.
View this post on Instagram
Mereka mengaku dipaksa menjalani tes urine saat sedang menikmati konser, bahkan diminta menunjukkan paspor. Tidak hanya itu, dalam unggahan tersebut, warga Malaysia mengklaim dimintai sejumlah uang oleh oknum polisi.
Berdasarkan informasi yang beredar, sekitar 400 warga Malaysia mengaku dipaksa membayar sejumlah uang yang jika diakumulasi mencapai total RM 9 juta atau setara dengan Rp32 miliar. Bahkan, beberapa pengakuan menyebutkan bahwa pengunjung tetap diminta membayar meskipun hasil tes narkoba menunjukkan negatif.