Ntvnews.id, Jakarta - Seorang pria berusia 73 tahun di Australia harus mendapatkan penanganan medis darurat setelah memasukkan tiga baterai berbentuk kancing, seperti baterai jam, ke dalam penisnya.
Tindakan tersebut diduga dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual. Pria itu diketahui telah beberapa kali melakukan hal serupa sebelumnya tanpa mengalami masalah.
Kasus ini dipublikasikan dalam Journal Urology dan dikutip oleh detikHealth.
"Sejauh yang kami ketahui, ini adalah kasus nekrosis uretra pertama yang dilaporkan akibat penyisipan baterai kancing," tulis peneliti.
Baca Juga: Setelah operasi, baterai berhasil dikeluarkan dari uretra pria tersebut. Namun, 10 hari kemudian, ia kembali ke rumah sakit akibat pembengkakan pada penisnya, disertai cairan yang keluar dari area tersebut. Dokter kembali melakukan operasi untuk mengatasi kondisi tersebut. Tim dokter segera bertindak untuk mengeluarkan baterai yang bersifat korosif guna mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Mereka mengkhawatirkan kemungkinan infeksi gangrene fournier, sebuah kondisi yang jarang tetapi berpotensi mematikan. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan kematian jaringan tubuh. "Semua baterai yang dikeluarkan dilapisi dengan bahan seperti tar hitam," catat laporan penelitian tersebut. Setelah operasi, baterai berhasil dikeluarkan dari uretra pria tersebut. Namun, 10 hari kemudian, ia kembali ke rumah sakit akibat pembengkakan pada penisnya, disertai cairan yang keluar dari area tersebut. Dokter kembali melakukan operasi untuk mengatasi kondisi tersebut. Baca Juga: Dokter Gadungan Ditangkap Gegara Lakukan Praktik Pembesar Penis "Sayatan dibuat pada kulit penis, dan sejumlah besar cairan keluar," tulis para peneliti. Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa pria tersebut mengalami nekrosis yang telah menyebar, sesuai kekhawatiran awal dokter. Akibatnya, sebagian uretranya harus diangkat. "Mengingat kompleksitas cederanya, rekonstruksi uretra penis formal kemungkinan membutuhkan prosedur tiga tahap," ungkap para peneliti. Prosedur tersebut melibatkan cangkok selaput lendir yang rumit dan dapat memakan waktu hingga enam bulan. Akhirnya, dokter memutuskan untuk tidak melanjutkan rekonstruksi penis lebih lanjut pada pasien tersebut.