Ntvnews.id, Jakarta - Organisasi teroris Jamaah Islamiyah (JI) telah dibubarkan. Hal itu selanjutnya diikuti deklarasi mantan JI untuk setia dan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, mereka juga telah menyerahkan alat bahan dan senjata (albas) dan perlengkapan lain terkait dengan asykarinya alias kemiliterannya.
Menurut Kepala Densus (Kadensus) 88/Antiteror Polri Irjen Sentot Prasetyo, logisik kemiliteran eks JI yang telah diserahkan, antara lain 6 pucuk senjata api (senpi), 2 magasin, 1 granat, 40kg bahan peledak, 942 butir peluru, 11 senjata tajam, 8 pistol airsoftgun dan 12 detonator.
"Mereka (eks JI) dengan tulus menyerahkan albas atau logistik dan perlengkapan yang selama ini mereka simpan, termasuk senjata dan bahan-bahan lainnya," ujar Sentot, dalam keterangannya, Senin, 23 Desember 2024.
Kadensus menilai, apa yang dilakukan mantan JI itu, dipandang sebagai sebuah komitmen penuh keseriusan mereka untuk kembali ke NKRI.
"Di luar sana mungkin masih banyak pihak-pihak yang meragukan keputusan JI untuk benar-benar kembali ke pangkuan NKRI. Ini wajar mengingat karena masa lalu mereka penuh dengan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan," papar dia.
Ia pun menjelaskan, awalnya JI didirikan tahun 1993 di Indonesia oleh belasan tokohnya. Di antaranya; Abdullah Sungkar, Abu Bakar Baasyir dan Thoriquddin alias Abu Rusydan.
Saat ini, Abdullah Sungkar telah meninggal dunia, Abu Bakar Baasyir sudah bebas, sementara Abu Rusydan masih dalam penahanan pidana kasus teror keduanya, divonis 6 tahun dan baru menjalani separuh hukuman.
JI mulanya didirikan dengan semangat mendirikan negara Islam di kawasan Asia Tenggara. JI, kata Sentot, kemudian mencuri perhatian besar setelah bertanggungjawab atas aksi Bom Bali I di tahun 2022 di mana menimbulkan lebih dari 200 orang korban tewas.
Peristiwa itu kemudian menjadi titik awal rangkaian aksi teror serupa di tahun-tahun sesudahnya dan setelah itu JI dikenal sebagai organisasi jaringan teroris global yang terafiliasi dengan Al-Qaeda, atau organisasi teror pimpinan Osama bin Laden.
Namun dengan pendekatan yang humanis dan persuasif, Densus berkolaborasi dengan otoritas lainnya, sehingga perlahan ideologi lama mereka terkikis. Salah satunya momentum berdiskusi dengan Para Wijayanto yang merupakan amir alias pimpinan terakhir JI, pada 2019, seiring setelah penangkapannya. Para adalah amir JI terlama, 11 tahun menjabat, mulai tahun 2008 sampai 2019.
Menurut Sentot, diskusi dilakukan penuh keakraban dan terbuka, berlanjut dengan tokoh-tokoh JI yang lain dan akhirnya mereka mendeklarasikan bubar dan kembali ke NKRI pada 30 Juni 2024 di Bogor. Kegiatan itu lalu berlanjut ke seluruh penjuru Indonesia.