Ntvnews.id, Jakarta - Sejak awal Mei 2024, Israel nekat membombardir Rafah, Jalur Gaza Selatan sampai membuat Presiden Prancis Emmanuel Macron marah besar karena tidak menghormati keputusan Mahkamah Internasional (ICJ). Puluhan orang tewas dalam serangan Israel tersebut.
Menurut informasi yang dibagikan Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas hingga Senin dini hari di kawasan Tel Al-Sultan, Rafah, telah mencapai 45 orang, termasuk anak-anak dan perempuan. Selain itu, 294 orang pengungsi lain tercatat mengalami luka-luka.
“Marah dengan serangan Israel yang telah menewaskan banyak pengungsi di Rafah,” tulis Macron di X. Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” kata Macron di akun X.
Emmanuel Macron (Kiri) (IG: Emmanuel Macron)
Saya menyerukan penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera,” lanjut Presiden Prancis tersebut seperti dilansir dari laman Anadolu pada Rabu, 28 Mei 2024.
Militer Israel menyatakan bahwa kelompok Hamas dengan jumlah yang signifikan tengah beroperasi di kawasan Tel Al-Sultan. Karena itu, militer Israel mengabaikan banyak kecamatan dari publik dengan mengatakan bahwa serangan ke Rafah harus dilakukan.
“Serangan terhadap Rafah dilakukan terhadap sasaran yang sah berdasarkan hukum internasional, menggunakan amunisi yang presisi dan berdasarkan intelijen yang tepat,” kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Israel Gempur Rafah Palestina (Istimewas)
Namun, IDF mengatakan bahwa pihaknya sedang meninjau peristiwa tersebut karena adanya laporan kematian sejumlah warga sipil dan kebakaran di kamp tersebut. Serangan ini terjadi karena Israel mengaku mendapat serangan roket pada hari Minggu dari Rafah.
Untuk diketahui, sampai saat ini lebih dari 36.000 orang tewas dan lebih dari 81.000 lainnya mengalami luka akibat serangan udara dan serangan darat Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Israel langsung melayangkan serangan brutal tanpa berpikir rasa kemanusiaan.