Ntvnews.id, Jakarta - Sembilan negara telah disepakati untuk menjadi mitra dalam perkumpulan BRICS.
"Daftar negara mitra BRICS yang akhirnya disetujui, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Belarus, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Uzbekistan dan Uganda," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, Rabu 25 Desember 2024.
Baca Juga : Dengan hadirnya negara mitra dalam keluarga BRICS, Mao Ning mengungkapkan harapan bahwa kerja sama antaranggota BRICS dapat meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. "Mekanisme BRICS memiliki representasi yang lebih besar dan BRICS melihat daya tarik dan pengaruhnya tumbuh lebih menonjol, menjadi platform utama untuk mempromosikan solidaritas dan kerja sama antara negara-negara Selatan," tambah Mao Ning. Mao Ning menyatakan bahwa China siap bekerja sama dengan negara-negara anggota BRICS dan mitra lainnya, dengan menjunjung semangat keterbukaan, inklusivitas, serta kerja sama yang saling menguntungkan. Baca Juga : Indonesia dan BRICS, Menlu: Ada Manfaat dan Kepentingan Bersama "Selain itu agar dapat memperluas kerja sama praktis di berbagai bidang, memajukan pengembangan kerja sama BRICS yang lebih besar dan berkualitas tinggi sekaligus mempromosikan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia," ungkap Mao Ning. BRICS didirikan pada tahun 2009 dengan anggota awal Brazil, Rusia, India, dan China, diikuti oleh Afrika Selatan yang bergabung pada tahun 2011. Nama BRICS merupakan akronim yang diambil dari huruf pertama negara-negara anggotanya. Pada Desember 2023, blok ini diperluas dengan masuknya Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab sebagai anggota baru, meskipun kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS. Arab Saudi, meski belum secara resmi meresmikan partisipasinya, telah aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan BRICS. Rusia menjadi ketua bergilir BRICS sejak 1 Januari 2024. Tahun ini juga ditandai dengan masuknya anggota-anggota baru, sementara Indonesia telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS. Mao Ning menyampaikan bahwa dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-16 BRICS di Kazan, Rusia, pada Oktober 2024, para pemimpin BRICS telah mencapai kesepakatan penting mengenai pembentukan mekanisme negara mitra. Kesepakatan ini dianggap sebagai tonggak penting dalam pengembangan BRICS setelah perluasan keanggotaan pada tahun sebelumnya. "Setelah KTT tersebut, China secara aktif bekerja sama dengan Rusia, negara ketua BRICS tahun ini agar dapat menerapkan mekanisme tersebut dengan negara BRICS lainnya," ungkap Mao Ning. Dengan hadirnya negara mitra dalam keluarga BRICS, Mao Ning mengungkapkan harapan bahwa kerja sama antaranggota BRICS dapat meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. "Mekanisme BRICS memiliki representasi yang lebih besar dan BRICS melihat daya tarik dan pengaruhnya tumbuh lebih menonjol, menjadi platform utama untuk mempromosikan solidaritas dan kerja sama antara negara-negara Selatan," tambah Mao Ning. Mao Ning menyatakan bahwa China siap bekerja sama dengan negara-negara anggota BRICS dan mitra lainnya, dengan menjunjung semangat keterbukaan, inklusivitas, serta kerja sama yang saling menguntungkan. Baca Juga : Indonesia dan BRICS, Menlu: Ada Manfaat dan Kepentingan Bersama "Selain itu agar dapat memperluas kerja sama praktis di berbagai bidang, memajukan pengembangan kerja sama BRICS yang lebih besar dan berkualitas tinggi sekaligus mempromosikan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia," ungkap Mao Ning. BRICS didirikan pada tahun 2009 dengan anggota awal Brazil, Rusia, India, dan China, diikuti oleh Afrika Selatan yang bergabung pada tahun 2011. Nama BRICS merupakan akronim yang diambil dari huruf pertama negara-negara anggotanya. Pada Desember 2023, blok ini diperluas dengan masuknya Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab sebagai anggota baru, meskipun kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS. Arab Saudi, meski belum secara resmi meresmikan partisipasinya, telah aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan BRICS. Rusia menjadi ketua bergilir BRICS sejak 1 Januari 2024. Tahun ini juga ditandai dengan masuknya anggota-anggota baru, sementara Indonesia telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan BRICS. Baca Juga: Dubes AS Menghormati Keinginan Indonesia Bergabung dengan BRICS Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara BRICS telah meningkatkan upaya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS dalam perdagangan internasional. Mereka bertujuan untuk menggunakan mata uang lokal dalam upaya mengurangi dominasi dolar dalam perdagangan global. Secara kolektif, populasi BRICS mencakup 43 persen dari total populasi dunia. Nilai perdagangan mereka mencapai 16 persen dari perdagangan global, sementara kontribusinya terhadap ekonomi dunia mencakup seperempat dari total PDB global dan seperlima dari perdagangan internasional. (Sumber Antara)