Ntvnews.id, Tel Aviv - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa negaranya bertanggung jawab atas pembunuhan Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran, pada Juli lalu. Selain itu, Katz juga mengeluarkan ancaman kepada kelompok Houthi di Yaman yang sebelumnya meluncurkan rudal dan drone ke arah Israel.
Dilansir dari BBC, Kamis, 26 Desember 2024, Haniyeh tewas dalam serangan yang menghancurkan gedung tempatnya menginap di Teheran. Serangan tersebut secara luas dikaitkan dengan Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut adanya kemajuan dalam pembicaraan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza, meskipun belum ada kepastian kapan kesepakatan tersebut dapat tercapai.
Baca Juga: "Seperti yang kami lakukan terhadap Haniyeh, [Yahya] Sinwar, dan [Hassan] Nasrallah di Teheran, Gaza, dan Lebanon, kami akan melakukannya di Hodeida dan Sanaa," katanya, merujuk pada tokoh-tokoh Hizbullah dan Hamas yang telah terbunuh tahun ini. Haniyeh (62), yang dikenal sebagai pemimpin utama Hamas, memiliki peran sentral dalam negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza. Setelah kematiannya, Hamas menunjuk Yahya Sinwar, pemimpin mereka di Gaza sekaligus arsitek serangan besar pada 7 Oktober 2023, sebagai penggantinya. Namun, Sinwar juga tewas dalam sebuah pertemuan di Gaza pada Oktober 2024, dan Hamas kini sedang mencari pengganti baru. Seorang pejabat senior Palestina mengatakan kepada BBC bahwa negosiasi antara Hamas dan Israel telah mencapai 90% penyelesaian, tetapi beberapa isu penting masih menjadi hambatan. Dalam pidatonya, Katz menegaskan bahwa Israel akan "menyerang keras" kelompok Houthi dan "memenggal" pemimpin mereka. "Seperti yang kami lakukan terhadap Haniyeh, [Yahya] Sinwar, dan [Hassan] Nasrallah di Teheran, Gaza, dan Lebanon, kami akan melakukannya di Hodeida dan Sanaa," katanya, merujuk pada tokoh-tokoh Hizbullah dan Hamas yang telah terbunuh tahun ini. Haniyeh (62), yang dikenal sebagai pemimpin utama Hamas, memiliki peran sentral dalam negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza. Setelah kematiannya, Hamas menunjuk Yahya Sinwar, pemimpin mereka di Gaza sekaligus arsitek serangan besar pada 7 Oktober 2023, sebagai penggantinya. Namun, Sinwar juga tewas dalam sebuah pertemuan di Gaza pada Oktober 2024, dan Hamas kini sedang mencari pengganti baru. Baca Juga: Jumlah Korban Tewas di Gaza Akibat Perang Israel-Hamas Capai 45.000 Warga Palestina Di sisi lain, Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran, dibunuh pada September 2024 dalam serangan Israel di Beirut. Kini, Israel mengalihkan fokusnya ke Houthi di Yaman, yang baru-baru ini menyerang kapal-kapal Israel dan internasional di Laut Merah. Houthi bersumpah untuk terus menyerang hingga perang di Gaza berakhir. Pada Sabtu, 21 Februari 2024, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka gagal mencegat proyektil yang diluncurkan dari Yaman, yang akhirnya menghantam sebuah taman di Tel Aviv. Juru bicara Houthi mengklaim bahwa serangan tersebut menggunakan rudal balistik hipersonik. Israel sebelumnya telah meluncurkan serangan udara terhadap target militer Houthi, termasuk pelabuhan dan infrastruktur energi di ibu kota Yaman, Sanaa. Serangan ini juga melibatkan operasi dari AS dan Inggris yang bertujuan melindungi jalur pelayaran internasional. Hamas memulai serangan ke Israel pada Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Sebagai respons, Israel melancarkan operasi militer skala besar di Gaza dengan alasan menghancurkan Hamas, yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 45.000 orang, melukai ratusan ribu, dan memaksa jutaan orang mengungsi.