Ntvnews.id, Jakarta - Jeju Air mengalami kecelakaan pada hari ini dengan menggunakan pesawat Boeing 737-800, yang diduga disebabkan oleh bird strike. Berikut penjelasan lengkapnya.
Bird strike adalah insiden tabrakan antara pesawat dengan burung, yang merupakan risiko umum dalam penerbangan. Kejadian ini dapat menyebabkan kerusakan pada pesawat, bahkan berpotensi fatal.
Dilansir dari The Economic Times, Senin, 30 Desember 2024, insiden serupa pernah terjadi pada maskapai Virgin Australia dengan pesawat Boeing 737-800. Penerbangan Virgin Australia VA 148, yang berangkat dari Queenstown, Selandia Baru, menuju Melbourne, mengalami masalah pada mesin kanan setelah tabrakan. Suara dentuman keras disusul kobaran api terdengar tak lama setelah lepas landas.
Baca Juga: VIDEO: Detik-detik Pesawat Jeju Air Jatuh di Bandara Muan Korea Selatan
Pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan aman menggunakan mesin yang tersisa di Bandara Invercargill, membawa 73 penumpang dan kru pesawat tanpa cedera. Virgin Australia mengungkapkan bahwa insiden tersebut kemungkinan disebabkan oleh bird strike, meskipun pihak Bandara Queenstown menyatakan tidak ada burung terdeteksi saat itu.
Bird strike telah tercatat sejak tahun 1905, saat Orville Wright mengalaminya di ladang jagung Ohio. Saat ini, insiden serupa terjadi hampir setiap hari, terutama pada musim migrasi burung.
Salah satu insiden bird strike paling terkenal terjadi pada tahun 2009, ketika US Airways Penerbangan 1549 menabrak kawanan angsa Kanada setelah lepas landas dari Bandara LaGuardia, New York. Kedua mesin rusak, dan kapten Sully Sullenberger berhasil mendaratkan pesawat di Sungai Hudson, menyelamatkan seluruh penumpang.
Baca Juga: Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Jadi 96 Orang
Antara 2008-2017, Dewan Keselamatan Transportasi Australia mencatat 16.626 bird strike, sedangkan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) di AS melaporkan 17.200 insiden pada tahun 2022.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) mencatat bahwa 90% bird strike terjadi di dekat bandara, terutama saat pesawat lepas landas atau mendarat. Dampak insiden ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis pesawat yang terlibat.
Pesawat seperti Boeing 737-800 memiliki kemampuan untuk terbang dengan satu mesin jika diperlukan, sehingga pilot dapat membawa pesawat ke pendaratan darurat dengan aman. Namun, untuk pesawat bermesin tunggal yang lebih kecil, bird strike bisa berakibat fatal. Sejak 1988, telah dilaporkan 262 kematian akibat bird strike di seluruh dunia, dengan 250 pesawat mengalami kerusakan total.
Mayoritas bird strike terjadi saat burung aktif, seperti pada pagi hari atau saat matahari terbenam. Pilot dilatih untuk lebih waspada pada waktu-waktu ini. Radar digunakan untuk melacak pergerakan burung, meskipun teknologi ini belum tersedia secara global.
Produsen seperti Boeing dan Airbus menguji ketahanan mesin dengan menembakkan ayam beku berkecepatan tinggi ke mesin turbofan untuk mensimulasikan tabrakan burung. Mesin ini menggunakan baling-baling kipas yang dapat rusak parah akibat tabrakan, menyebabkan mesin berhenti bekerja.
Bandara juga menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko bird strike, termasuk penggunaan ledakan gas kecil yang menyerupai suara tembakan guna menjauhkan burung dari landasan pacu. Selain itu, beberapa bandara menanam jenis rumput dan tanaman yang tidak menarik perhatian burung untuk mengurangi keberadaan mereka di sekitar bandara.