Ternyata Insiden Bird Strike Tertinggi Tercatat di Bandara Muan Korea Selatan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 31 Des 2024, 00:10
thumbnail-author
Akbar Mubarok
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Puing-puing dan sisa-sisa pesawat penumpang Jeju Air yang jatuh masih berada di landasan pacu Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, senin 30 Desember 2024. Puing-puing dan sisa-sisa pesawat penumpang Jeju Air yang jatuh masih berada di landasan pacu Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, senin 30 Desember 2024. (The Korea Times)

Ntvnews.id, Seoul - Bandara Internasional Muan, tempat terjadinya kecelakaan pesawat Jeju Air, tercatat memiliki tingkat bird strike atau serangan burung tertinggi di antara 14 bandara regional di Korea Selatan.

Kecelakaan tragis yang menewaskan 179 dari 181 penumpang pada Minggu, 29 Desember 2024 ini diduga disebabkan oleh serangan burung. Pihak berwenang masih melakukan penyelidikan untuk menentukan penyebab pastinya, dikutip dari The Korea Times, Senin, 30 Desember 2024.

Sejak awal pembangunan bandara di Kabupaten Muan, Provinsi Jeolla Selatan, kekhawatiran terhadap serangan burung sudah muncul. Lokasinya yang dekat dengan pantai barat Korea, dengan dataran luas dan lumpur, menarik banyak burung migrasi.

Baca Juga: Boeing Akhirnya Buka Suara Usai Kecelakaan Jeju Air di Korea Selatan

Berdasarkan data dari Korea Airports Corporation yang diserahkan kepada anggota parlemen Lee Yeon-hee dari Partai Demokrat Korea, terdapat total 559 insiden serangan burung di 14 bandara regional yang dikelola perusahaan tersebut dari 2019 hingga Agustus 2024.

Bandara Internasional Gimhae mencatat jumlah insiden serangan burung tertinggi sebanyak 147, diikuti oleh Gimpo (140), Jeju (119), Daegu (38), dan Cheongju (33).

Di Bandara Muan, hanya terjadi 10 insiden serangan burung. Namun, jika melihat tingkat kejadian dibandingkan jumlah total penerbangan, Bandara Muan mencatat tingkat tertinggi di antara 14 bandara tersebut.

Dari Januari 2019 hingga Agustus 2024, Bandara Muan melayani 11.004 penerbangan dengan tingkat serangan burung sebesar 0,09 persen.

Sebagai perbandingan, Bandara Gimhae, meskipun memiliki jumlah insiden tertinggi, mencatat tingkat serangan lebih rendah sebesar 0,03 persen, berada di urutan kedelapan.

Sementara itu, Bandara Jeju dan Gimpo, dengan jumlah penerbangan tertinggi masing-masing 926.699 dan 757.479, mencatat tingkat kejadian lebih rendah, yaitu 0,01 persen dan 0,02 persen.

Baca Juga : Pesawat Jeju Air Kembali Alami Masalah hingga Terpaksa Lakukan Pendaratan Darurat

Tidak semua insiden serangan burung mengakibatkan kerusakan. Dari total 559 insiden, hanya 20 yang menyebabkan kerusakan, atau sekitar 3,58 persen.

Namun demikian, serangan burung tetap menjadi ancaman utama bagi keselamatan penerbangan.

Menurut laporan Korea Environment Institute, bandara dan burung berbagi kesamaan, yaitu penerbangan, sehingga wilayah yang cocok untuk bandara sering kali juga menjadi habitat burung.

Lee Geun-young, profesor dari Korea National University of Transportation, mengatakan, “Bandara biasanya dibangun di area tanpa hambatan dan minim gangguan suara, sehingga sering terletak di dekat garis pantai, yang secara alami juga menjadi habitat burung.”

Para ahli menambahkan bahwa tidak adil jika hanya menyalahkan Bandara Muan sebagai lokasi dengan jumlah burung migrasi yang tinggi.

Bandara Internasional Incheon, gerbang utama Korea, juga dibangun di atas lahan pasang surut yang menjadi habitat burung migrasi. Bandara Gimpo dan Gimhae pun berada di area serupa.

“Tidak tepat menyatakan Bandara Muan secara khusus rentan terhadap serangan burung. Serangan burung dapat terjadi di bandara mana pun,” kata Lee.

Baca Juga: Kecelakaan Jeju Air Jadi Tragedi Terburuk Sepanjang Sejarah Penerbangan Korea Selatan

Masalah serangan burung bukan hanya menjadi perhatian di Korea, tetapi juga di seluruh dunia.

Data dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) menunjukkan 97.751 insiden serangan burung terjadi di 196 negara dari 2008 hingga 2015, rata-rata 14.000 insiden per tahun.

Meski bandara domestik dan internasional telah mengadopsi langkah-langkah seperti sistem deteksi radar, penggunaan drone untuk mengusir burung, dan pengelolaan habitat, solusi ini dinilai belum sepenuhnya mengatasi akar masalah.

Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang lebih komprehensif, seperti penelitian ekosistem burung dan pengelolaan lingkungan sekitar bandara, untuk mengurangi risiko serangan burung secara efektif.

x|close