Dugaan 'Dosa’ Jeju Air Ini Terungkap dan Dilaporkan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Jan 2025, 08:00
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Jeju Air Jeju Air (jejuair.net)

Ntvnews.id, Seoul - Jeju Air menuai kritik tajam karena hanya mengalokasikan 28 menit untuk pemeriksaan pesawat, durasi yang dianggap tidak memadai untuk memastikan keselamatan armada.

Dilansir dari The Korea Times, Kamis, 2 Januari 2025 waktu 28 menit merupakan batas minimum yang ditetapkan pemerintah Korea Selatan untuk inspeksi pesawat.

Namun, maskapai-maskapai besar biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan pengecekan. Seorang mekanik pesawat menilai bahwa 28 menit tidak cukup untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.

Baca Juga: Pilot Jeju Air Ternyata Mantan Perwira AU dengan Pengalaman Terbang 6.800 Jam

“Durasi 28 menit hampir tidak cukup untuk mengecek lampu peringatan kokpit dan melakukan pemeriksaan visual bagian luar pesawat. Waktu ini pada dasarnya hanya untuk penelusuran cepat, bukan inspeksi mendetail,” ujar seorang mantan mekanik berpengalaman lebih dari satu dekade dalam memeriksa Boeing 737 di maskapai bertarif rendah (LCC).

Jeju Air, salah satu maskapai LCC di Korea Selatan, disebut-sebut sering memangkas waktu perawatan demi memaksimalkan operasional armada untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sehari sebelum kecelakaan, pesawat Jeju Air diketahui mengoperasikan penerbangan yang menghubungkan empat kota internasional tanpa jeda signifikan.

Pesawat tersebut terbang dari Muan ke Kinabalu di Malaysia, Nagasaki di Jepang, Taipei di Taiwan, dan Bangkok di Thailand.

Dalam standar industri, pesawat biasanya membutuhkan waktu cukup untuk perawatan, pembersihan, dan pengisian bahan bakar di antara jadwal penerbangan. Namun, pada 27 November, Jeju Air hanya menghabiskan 62 menit di Bandara Internasional Muan sebelum berangkat ke Kinabalu, dengan waktu pemeriksaan sekitar 28-30 menit saja.

Baca Juga: 174 Jenazah Korban Kecelakaan Pesawat Jeju Air Telah Diidentifikasi

Kritikus pun mengkhawatirkan bahwa Jeju Air dan maskapai LCC lainnya lebih memprioritaskan operasional dibandingkan keamanan. Pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan pada Minggu, 29 Desember 2024 diketahui pernah dioperasikan oleh Ryanair, maskapai bertarif rendah asal Eropa yang terkenal dengan jadwal penerbangan agresif.

Ryanair dikenal melakukan perawatan armada dengan sangat minimal, menimbulkan kecurigaan bahwa pesawat Boeing 737 yang kini dimiliki Jeju Air mungkin telah mengalami pemakaian berlebih selama dioperasikan Ryanair.

“Ryanair memiliki jadwal penerbangan yang padat dan kemungkinan besar pesawat ini telah digunakan secara berlebihan sebelum dialihkan ke Jeju Air. Kemungkinan besar pesawat tersebut sudah mencapai batas kemampuannya,” ungkap seorang sumber industri.

Seorang mantan kepala pemeliharaan dari maskapai besar juga menegaskan bahwa pemeriksaan selama 28 menit belum cukup untuk mendeteksi potensi gangguan yang tersembunyi.

x|close