Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, tidak memiliki rencana untuk mengubah pendekatannya terhadap Israel setelah terjadinya serangan yang mengakibatkan banyak korban di kamp pengungsi Rafah, Palestina, akhir pekan lalu.
Dilansir dari Al Jazeera, Kamis, 30 Mei 2024, pihak berwenang di Gaza melaporkan bahwa 45 orang tewas ketika serangan udara melanda sebuah kamp pengungsi.
Meskipun demikian, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, menyatakan bahwa Washington tidak percaya bahwa tindakan Israel di Rafah merupakan sebuah operasi skala penuh yang akan melanggar "garis merah" yang ditetapkan oleh Biden.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden (Tangkapan Layar: Instagram)
"Sebagai akibat dari pemogokan pada hari Minggu ini, saya tidak punya perubahan kebijakan untuk dibicarakan," kata Kirby dalam pengarahan di Gedung Putih.
Baca Juga:
Viral di Medsos, 'All Eyes on Rafah' Sudah Diunggah 45 Juta Orang
Serangan Udara Israel Hancurkan 2 Rumah Sakit di Rafah Palestina
Namun Kirby menekankan bahwa "hal ini tidak bisa diabaikan" saat ditanya berapa banyak korban yang diperlukan untuk membuat Biden mengubah pendekatan terhadap isu ini.
Biden menyatakan tidak akan mendukung operasi militer besar-besaran Israel di Rafah, di mana satu juta warga sipil telah mengungsi, dan ia juga telah menghentikan pengiriman bom berat ke Israel pada awal bulan ini, karena kekhawatiran bahwa bom-bom tersebut dapat digunakan untuk menyerang kota Gaza selatan.
Baca Juga:
Israel Keukeuh Serang Rafah Meskipun Dikecam Amerika Serikat
Israel Gempur Rafah Palestina (Istimewas)
Saksi mata melaporkan bahwa tank-tank Israel telah diposisikan di pusat Rafah pada hari Selasa setelah pertempuran sengit antara pasukan Israel dan militan Palestina selama beberapa pekan terakhir.
Baca Juga:
Israel Keukeuh Serang Rafah Meskipun Dikecam Amerika Serikat
Namun, meskipun ditanya beberapa kali, Kirby menegaskan bahwa presiden belum membuat keputusan tentang bagaimana menilai serangan militer besar-besaran di Rafah.
"Kami belum melihat mereka merusak Rafah," tambahnya.
"Kami juga belum melihat mereka melakukan gerakan masif dengan unit-unit besar, pasukan yang terorganisir dalam jumlah besar, bergerak dalam formasi terkoordinasi menuju berbagai target di lapangan."