Ntvnews.id, Damaskus - Rezim pendukung Presiden Bashar Assad yang digulingkan telah mengubah Gunung Qasioun di Damaskus, yang merupakan zona terlarang bagi warga sipil, menjadi fasilitas produksi bom barel selama perang saudara Suriah.
Bom barel, senjata murah namun mematikan, diisi dengan bahan peledak, besi tua, paku, dan baut, yang mampu menyebabkan kehancuran di area hingga 200 meter. Senjata ini telah menewaskan ribuan warga sipil selama konflik, dengan pasukan Assad sangat bergantung pada penggunaannya.
Baca Juga : 150 Bom Rakitan Disita di Virginia, Foto Presiden AS Joe Biden Jadi Latihan Sasaran Tembak
Rekaman Anadolu menampilkan gambar pabrik di kaki Gunung Qasioun, memperlihatkan drum, bahan peledak, sekering, dan logam-logam lain yang digunakan. Di pintu masuk fasilitas tersebut terpampang potret Bashar Assad.
Menurut data dari Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR), sebanyak 81.916 serangan bom barel terjadi di wilayah sipil antara Juli 2012 dan April 2021.
Serangan ini menewaskan lebih dari 11.000 orang, termasuk 1.821 anak-anak dan 1.780 perempuan. Provinsi yang paling terdampak adalah Damaskus, Aleppo, Daraa, dan Idlib, dengan Aleppo mencatat jumlah korban tertinggi, Kamis 2 Januari 2025.
Baca Juga : Mantan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad Ceritakan Pengalamannya Melarikan Diri ke Rusia
Kekuasaan Bashar Assad berakhir setelah kelompok anti-rezim berhasil merebut Damaskus pada 8 Desember, memaksa Assad melarikan diri ke Rusia. Kejatuhan rezimnya juga mengakhiri pemerintahan Partai Baath yang telah berkuasa sejak 1963.
Pemerintahan baru Suriah kini dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa, yang mengambil alih kendali setelah pejuang Hayat Tahrir al-Sham dengan cepat merebut kota-kota penting dalam serangan yang berlangsung kurang dari dua pekan. (Sumber: Antara)