Polisi Tolak Bantu Bos Rental Mobil Ditembak Mati, Pengamat: Polri yang Responsif Cuma Slogan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Jan 2025, 20:26
thumbnail-author
Moh. Rizky
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Bambang Rukminto. (Antara) Bambang Rukminto. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Aparat Polsek Cinangka disebut menolak membantu bos rental mobil yang ditembak mati, Ilyas Abdurrahman (48), saat hendak mengambil mobilnya yang dibawa kabur penyewa. Bahkan, penolakan itu dinyatakan langsung oleh pimpinan polsek tersebut, yakni Kapolsek Cinangka AKP Asep Iwan.

Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto menilai aparat Polsek Cinangka tak responsif dalam persoalan itu. Polisi juga dipandang tidak memiliki sikap bertanggung jawab atas perannya melindungi masyarakat.

Mulanya, Bambang menyinggung kasus serupa yang terjadi di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Kala itu, pengusaha rental mobil bernama Burhanis juga tewas saat ingin mengambil kendaraannya yang digelapkan penyewa.

Kasus penggelapan mobil tersebut sesungguhnya sudah dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Timur sejak Februari 2024. Namun polisi tak kunjung menemukan mobil tersebut, hingga akhirnya Burhanis berinisiatif mencari sendiri, dan berakhir tewas dihakimi massa saat ingin mengambil kendaraannya pada Juni 2024.

"Kasus terkait pembunuhan berhubungan dengan rent a car ini bukan yang pertama. Di bulan Juni 2024 publik juga dikagetkan dengan peristiwa pengeroyokan bos persewaan mobil yang sedang mengejar mobilnya yang hilang. Korban juga sudah pernah melapor polisi," ujar Bambang, Jumat, 3 Januari 2025.

Lalu, kini peristiwa yang sama kembali terjadi di rest area tol Tangerang-Merak. Menurut Bambang, kedua kejadian itu menunjukkan polisi tak responsif dalam menindaklanjuti laporan masyarakat. Polisi juga dirasa tak memiliki sikap bertanggung jawab atas tugasnya melindungi warga.

"Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukan responsivitas atau daya tanggap atau kecepatan, dan responsibilitas atau pertanggungjawaban kepolisian pada pengaduan masyarakat masih sangat rendah," tuturnya.

"Sehingga anggota masyarakat yang sebenarnya juga aktif berpartisipasi melaporkan, bahkan mencari mobilnya sendiri, mengejar tanpa perlindungan Polri," imbuh Bambang.

Polri yang tanggap dan responsif, dalam kasus ini, terlihat hanyalah sebatas slogan. Akibatnya pun fatal, karena ada korban masyarakat yang harus mereggang nyawa.

"Responsivitas, daya tanggap atau kecepatan, maupun responsibilitas, pertanggungjawaban masih hanya slogan yang pada akhirnya menimbulkan korban jiwa," kata Bambang.

Kapolsek Cinangka AKP Asep Iwan sendiri, memutuskan tak membantu korban dengan alasan pihak korban tidak bisa menunjukkan bukti-bukti kepemilikan kendaraan. Asep juga berdalih polisi harus bertindak sesuai SOP, seperti adanya laporan polisi terlebih dahulu, identitas kepemilikan kendaraan, dan kronologi terkait kejadian. Hal itu, salah satunya demi keselamatan anggotanya.

Menurut Bambang, pernyataan Kapolsek itu merupakan alasan untuk lepas tanggung jawab dalam perkara ini. Hal itu juga menunjukkan bahwa AKP Asep tak memiliki pola pikir yang baik untuk melayani masyarakat.

"Pernyataan Kapolsek yang normatif dan prosedural seperti ini tentunya tak bisa diterima publik dan hanya dalih untuk tak bertanggung jawab sekaligus minus mindset melayani masyarakat yang rendah," jelasnya.

Menurut Bambang, kerap kali bantahan polisi terhadap persoalan semacam ini ialah terkait prosedur, birokrasi dan administrasi. Padahal, kecepatan atau daya tanggap pelayanan polisi sangat penting dalam rangka melindungi dan mengayomi masyarakat.

"Agar tidak menjadi korban kejahatan dua kali. Hal itu menunjukkan responsibilitas kepolisian yang juga lemah," tuturnya.

"Semua korban sudah pernah melapor pada kepolisian. Respons yang lambat mengakibatkan munculnya korban jiwa," sambung Bambang.

x|close