Ntvnews.id, Batam - Pada akhir Desember 2024, Sam Ferry menjadi perbincangan ramai di media sosial. Seorang pria asal Desa Bale Asri, Malang, Jawa Timur, yang dikenal sebagai pemilik usaha Bakso Gunung di Batam, Kepulauan Riau, ini viral karena aksi sosialnya dalam membangun jalan di kampung halamannya.
Jalan yang dibangun sepanjang 1,5 km dan lebar enam meter ini dibangun secara gotong-royong oleh warga Dusun Segelan sejak 2017 dan didanai oleh uang pribadi Sam Ferry. Setiap tahunnya, pembangunan jalan ini semakin cepat, dan jalan tersebut kini menjadi mulus seperti jalan tol, sesuai dengan harapan masyarakat.
Suwadi, nama lahir Sam Ferry, tidak menyebutkan jumlah uang yang telah ia keluarkan untuk pembangunan jalan ini, tetapi ia berniat melanjutkan proyek ini hingga panjang jalan mencapai 5,5 km.
Sejak 2016, jalan tersebut rusak dan belum diaspal, yang menyulitkan warga untuk melaluinya.
Keprihatinan terhadap kondisi ini yang mendorong Sam Ferry untuk kembali memajukan kampung halaman yang telah ia tinggalkan sejak berusia 16 tahun.
Sam Ferry tidak hanya fokus pada pembangunan jalan. Bersama istrinya, Sri Asmani, mereka juga membangun masjid, lapangan sepak bola, serta fasilitas umum lainnya untuk kenyamanan desa mereka.
Banyak warga yang menyarankan Sam Ferry untuk mencalonkan diri sebagai bupati karena kontribusinya terhadap pembangunan desa, tetapi baginya, motivasi utama dalam membangun fasilitas umum di desa adalah niat ibadah, sesuai dengan prinsip "lillahi ta’ala."
Baca juga: Viral Tukang Bakso Pakai Dana Pribadi Bangun Jalan Desa di Malang
Dalam pandangan istrinya, Sri Asmani, Ferry adalah seorang pria pekerja keras yang fokus pada tujuan hidupnya dan berusaha keras mengembangkan usaha agar anak-anaknya bisa hidup lebih baik dari dirinya.
Keberhasilan yang diraih Ferry sekarang merupakan hasil dari kerja keras, ketelitian dalam melihat peluang, serta kegigihannya untuk menabung dan berinvestasi dari penghasilannya.
Saat ini, Ferry telah membuka delapan cabang Bakso Gunung di Batam, dengan tujuh di antaranya miliknya sendiri dan satu sewaan. Tahun ini, ia berencana membuka cabang kesembilan di Sekupang, tanpa mengambil utang.
Ferry membangun usaha bakso secara mandiri meski hanya berpendidikan formal setingkat SMP.
Usaha bakso dipilih Ferry karena kecintaannya terhadap kuliner, dan kampung halamannya memang terkenal dengan Bakso Malang.
Setelah memilih untuk bekerja sejak berusia 16 tahun demi menyokong kehidupannya, Ferry tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya. Ia dibesarkan dalam keluarga petani miskin dengan enam saudara yang juga tidak tamat SMA.
Tanpa keterampilan khusus, Ferry mulai bekerja sebagai buruh cangkul dengan upah Rp700 per hari, pekerjaan yang ia jalani beberapa bulan.
Saat diajak teman untuk bekerja menjual bakso di Kuningan, Jawa Barat, Ferry pindah dan mulai menjadi penjual bakso pikul keliling perumahan, yang memberinya pendapatan lebih baik, sekitar Rp3.000 sehari, empat kali lipat dari penghasilan sebelumnya.
Suwadi atau Sam Ferry bersama istri Sri Asmani, pedagang bakso Batam viral bangun jalan di Malang, Jawa Timur, berbagi cerita dengan wartawan dikediamannya di perumaha Anggrek Mas 1, Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (3/1/2025). (ANTARA (Laily Rahmawaty))
Menjelang usia 20 tahun, Ferry mencoba peluang baru untuk berjualan bakso menggunakan gerobak di Bali, tepatnya di Jimbaran, di mana ia berjualan selama dua tahun, berjalan sejauh 4 km setiap harinya.
Pendapatan yang didapatkan di Bali jauh lebih besar dibandingkan di Kuningan, dan Ferry pun menabung untuk modal usaha yang lebih besar.
Di Bali, banyak perantau, termasuk orang Jawa, dan kebutuhan akan penjual bakso yang sedikit membuat peluang bisnisnya berkembang dengan baik.
Saat berjualan bakso, Ferry memperluas jaringan dan mendengar informasi tentang Batam, yang saat itu merupakan kota industri yang terkenal dengan perdagangan bebas melalui kemitraan Sijori (Singapura, Johor, dan Riau).
Informasi mengenai Batam membuat Ferry tertarik, meski ia tidak memiliki keterampilan lain selain menjual bakso. Ia merasa Batam bisa menjadi tempat yang tepat untuk memulai usaha sendiri.
Pada tahun 1992, Ferry berangkat ke Batam melalui perjalanan darat dari Bali, melewati Merak-Bakauheni, dan Pekanbaru, lalu akhirnya menuju Dumai.
Di Pekanbaru, ia sempat ditawari pekerjaan, tetapi Ferry tetap memilih Batam untuk membuka usaha bakso.
Baca juga: Jadi Menu Favorit Keluarga, Nikita Mirzani Buka Bisnis Mie Ayam Bakso
Di Batam, bersama temannya, ia mulai menjual bakso keliling menggunakan gerobak, dengan modal awal Rp900 ribu yang ia tabung selama dua tahun berjualan bakso di Bali.
Bisnisnya berkembang pesat karena minimnya pesaing, dan dalam sehari, ia bisa menghasilkan Rp50 ribu, yang terus ditabung untuk memperbesar usaha dengan menambah jumlah gerobak.
Dari dua gerobak menjadi empat gerobak, Ferry mengajak saudara dan teman-temannya untuk bergabung. Bisnis bakso keliling yang ia mulai berkembang semakin pesat.
Sejak itu, Ferry lebih fokus mengelola usaha, tidak lagi turun berjualan. Ia memanfaatkan waktu untuk bekerja sebagai pengojek untuk menambah modal usaha.
Setelah menikah pada tahun 1995, Ferry bersama istrinya mulai membangun usaha bakso rumahan yang lebih stabil, tidak lagi berjualan keliling.
Bersama istrinya, mereka mengembangkan Bakso Gunung, dengan inovasi bakso urat berbentuk gunung dan bakso berisi telur yang terinspirasi dari Gunung Kawi, kampung halamannya.
Bakso Gunung dikenal di Batam dengan rasa yang khas, gurih, dan porsinya yang besar. Kini, mereka juga menjual mie ayam, aneka minuman, serta ayam penyet, resep dari istrinya.
Kunci sukses usaha Ferry adalah ketepatan dalam melihat peluang, mempertahankan rasa, dan tidak mengambil keuntungan yang terlalu besar, seperti menjaga harga teh obeng tetap murah.
Semua usaha yang dibangun Ferry berasal dari tabungan yang diputar dan diinvestasikan. Selain itu, ia dan istrinya memiliki kebiasaan bersedekah, yang terlihat dari pembangunan masjid, lapangan sepak bola, dan jalan di desanya.
Saat ini, usaha Bakso Gunung memiliki delapan cabang dan mempekerjakan sekitar 80 karyawan, termasuk beberapa yang berasal dari kampung halamannya.
Ferry dan istrinya menyebutkan bahwa kunci keberhasilan mereka adalah rasa syukur dan ikhlas dalam setiap keadaan, meskipun hidup mereka tidak selalu mulus.
Setelah mencapai kesuksesan, Ferry merasa bahwa yang terpenting bagi mereka sekarang adalah hidup sehat, dan itu menjadi harapan utamanya setelah membantu memajukan kampung halaman dan membangun usaha.
(Sumber: Antara)