Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan riset dan kajian terhadap situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, akan dilanjutkan setelah sempat terhenti.
Penelitian ini juga akan menjadi salah satu prioritas pemerintah untuk menggali lebih dalam sejarah dan peradaban bangsa.
Baca Juga : Fadli Zon Serukan Transformasi Museum Menjadi Pusat Kebudayaan Modern
"Gunung Padang juga kita akan meneruskan riset dan kajiannya, karena itu sempat lama terhenti,” kata Fadli Zon, Kamis 9 Januari 2025.
Menurutnya, perbedaan pandangan yang muncul di kalangan arkeolog selama ini adalah bagian dari dinamika ilmiah yang wajar.
Fadli Zon (IG: Fadli Zon)
Fadli Zon menekankan pentingnya adanya forum dialog antarilmuwan untuk mencari solusi terbaik terkait langkah-langkah penelitian dan pelestarian situs tersebut.
Sebagai salah satu situs megalitik terbesar di Asia Tenggara, Gunung Padang memiliki nilai historis yang sangat tinggi dan berpotensi menjadi simbol kebesaran peradaban Indonesia.
Baca Juga: Ketika Prabu Jayabaya Bunuh Ki Ajar Usai Disuguhkan 8 Jenis Makanan di Gunung Padang
Kelanjutan riset ini, menurut Fadli, bukan hanya untuk kepentingan ilmiah, tetapi juga untuk memperkenalkan kebudayaan nasional ke dunia internasional.
"Perlu kita pertemukan dalam sebuah diskusi, kelompok-kelompok yang ada, mazhab-mazhab yang ada di dalam arkeologi kita. Ini perlu kita kumpulkan, biar para ilmuwan ini berdebat, dan nanti kita cari yang terbaik, apa yang harus kita lakukan,” ungkapnya.
Gunung Padang adalah situs arkeologi prasejarah yang terletak di Kampung Gunung Padang, Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Baca Juga : Menbud Fadli Zon Apresiasi Museum Nasional yang Pecah Rekor Dikunjungi 12.735 Orang dalam Sehari
Fadli Zon (IG: Fadli Zon)
Selain itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga mengungkapkan rencana strategis Kementerian Kebudayaan untuk tahun 2025, yang akan fokus pada pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya nasional.
Fadli menekankan pentingnya kebudayaan sebagai dasar pembangunan bangsa dan identitas nasional di tengah persaingan global.
Menurutnya, salah satu prioritas utama adalah pelestarian dan perlindungan cagar budaya yang masih banyak belum terdata secara lengkap.
Kementerian akan melakukan inventarisasi koleksi-koleksi museum, baik di tingkat nasional maupun daerah, untuk mencatat dan mengapresiasi nilai-nilai budaya sebagai aset bangsa. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi kebudayaan sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan.
Fadli juga menyoroti pentingnya pengembangan museum. Ia menyebutkan bahwa museum harus mampu bertransformasi menjadi pusat studi, literasi, narasi, edukasi, serta hiburan.
Situs Gunung Padang
Situs Gunung Padang adalah situs megalitik yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berada pada ketinggian 885 meter di atas permukaan laut, situs ini mencakup area sekitar 3 hektar, menjadikannya punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Gunung Padang (IG: Fadli Zon)
Situs ini terdiri dari lima teras yang tersusun secara berundak, dengan luas kompleks utama sekitar 900 m². Batu-batu andesit berbentuk kolom yang tersebar di situs ini diyakini sebagai bagian dari struktur yang dibangun oleh masyarakat prasejarah.
Beberapa penelitian memperkirakan usia situs ini berkisar antara 10.000 hingga 25.000 tahun Sebelum Masehi, menunjukkan bahwa situs ini merupakan peninggalan kebudayaan megalitik yang sangat tua
Baca Juga : Menbud Fadli Zon Tegaskan Indonesia Peradaban Tertua Dunia di Pameran 130 Tahun Pithecanthropus Erectus
Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai usia dan fungsi situs ini. Pendapat arkeolog terpecah. Ada yang memperkirakan struktur di Gunung Padang dibangun antara abad ke-2 dan ke-5 Masehi, abad ke-6 dan ke-8 Masehi, dan antara 9.000 hingga 20.000 tahun yang lalu, namun klaim ini mendapat skeptisisme dari komunitas ilmiah.
Pada 2022, Netflix menayangkan film dokumenter berjudul Ancient Apocalypse. Gunung Padang menjadi episode pertama dalam tayangan yang yang dibawakan jurnalis Graham Hancock bersama peneliti Indonesia, Danny Hilman. (Sumber: Antara)