Ntvnews.id, Jakarta - Galeri Nasional Indonesia resmi menyelenggarakan pameran bertajuk Jejak Perlawanan “Sang Presiden 2001”, sebagai penghormatan kepada seniman besar Indonesia, Hardi (1951-2023).
Pameran ini dirancang untuk menghormati warisan seni rupa yang ditinggalkan oleh Hardi, yang dikenal karena keberanian, keyakinan, dan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan.
“Kalau kita lihat ada lukisan-lukisan dari tahun 70-an, tahun 80-an. Waktu itu, kritik-kritik Hardi itu bisa dituangkan di dalam kanvas, dan juga mendapatkan atensi tentu saja dan apresiasi dari berbagai media ketika itu,” kata Menteri Kebudayaan Fadli Zon usai membuka pameran di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis, 9 Januari 2025 malam.
Baca Juga: Fadli Zon Serukan Transformasi Museum Menjadi Pusat Kebudayaan Modern
Menurut Menkebud Fadli, Hardi merupakan seorang pemikir tajam yang sering menuangkan gagasannya melalui berbagai media nasional, khususnya media cetak di masa itu.
Selain berkontribusi di dunia seni rupa, Hardi juga dikenal menjelajahi berbagai bentuk ekspresi budaya dengan semangat spiritualitas yang tinggi.
Fadli menyoroti karya-karya Hardi yang beragam, meliputi seni rupa, seni instalasi, hingga fesyen. Ia juga menciptakan karya-karya unik seperti keris, yang menunjukkan kreativitasnya tanpa batas.
Penanggung Jawab Unit Galeri Nasional Indonesia, Jarot Mahendra, menjelaskan bahwa pameran ini tidak hanya untuk mengenang Hardi sebagai seniman, tetapi juga sebagai sosok inspiratif melalui karya-karyanya.
“Pameran ini menyumbangkan pengetahuan yang kaya, terutama untuk mengenal lebih dekat sosok Hardi, sekaligus mendapatkan inspirasi dan motivasi dari perjalanan beristirahat lebih dari itu pameran ini," kata Jarot.
Sebanyak 78 karya Hardi dipamerkan, termasuk lukisan, keris, sketsa, arsip pribadi, hingga instalasi berbasis kecerdasan buatan (AI), memberikan pengalaman unik bagi pengunjung sesuai dengan perkembangan seni modern.
Baca Juga: Menbud Fadli Zon Bakal Lanjutkan Penelitian Situs Megalitikum Gunung Padang
Kurator Dio Pamola merancang pameran ini untuk memberikan pengetahuan mendalam sekaligus inspirasi bagi masyarakat.
Jarot juga menyoroti pentingnya pameran ini sebagai sarana edukasi, apresiasi, dan kolaborasi, dengan harapan seni rupa dapat memberikan dampak luas bagi masyarakat.
“Tentunya juga menunjukkan bahwa seni rupa tidak hanya menjadi medium ekspresi individual tetapi juga menjadi instrumen edukasi, apresiasi, kolaborasi yang berdampak bagi masyarakat luas,” kata Jarot.
Pameran ini berlangsung hingga 26 Januari 2025 dan diharapkan menjadi ruang diskusi produktif bagi pelaku seni, akademisi, masyarakat, dan media untuk mendukung perkembangan seni rupa di Indonesia.
Pameran ini terbuka untuk umum dan merupakan kesempatan langka untuk mengeksplorasi perjalanan hidup dan karya Hardi, sekaligus mengapresiasi seni rupa sebagai bagian penting dari budaya Indonesia.