Jerman Tuding Donald Trump Mau Memecah Belah Eropa

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Jan 2025, 12:06
thumbnail-author
Muhammad Hafiz
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Rabu (8/1/2025) mengkritik Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas ancamannya untuk mengambil alih Greenland dan Kanada. Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Rabu (8/1/2025) mengkritik Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas ancamannya untuk mengambil alih Greenland dan Kanada. (Antara)

Ntvnews.id, Berlin - Wakil Kanselir Jerman, Robert Habeck, pada Kamis 9 Januari 2025, menuduh Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, berusaha memecah belah negara-negara Eropa. Habeck menyerukan pentingnya menjaga persatuan di antara negara-negara Eropa untuk menghadapi potensi ancaman tersebut.

"Eropa harus tetap bersatu," ujar Habeck dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik Deutschlandfunk.

Ia menegaskan bahwa selama masa jabatan sebelumnya, Trump kerap mencoba melemahkan persatuan Eropa dengan membuat kesepakatan bilateral dengan negara-negara anggota. Habeck meyakini bahwa Trump kemungkinan besar akan mengulangi pendekatan yang sama.

Baca juga: Trump Minta Mahkamah Agung Tunda Proses Pidana Kasus Uang Tutup Mulut

"Jerman khususnya bergantung pada kesatuan Eropa," tambahnya. Habeck mencatat bahwa kebijakan perdagangan Trump, seperti tarif impor, cenderung menargetkan produk-produk Jerman.

Sebagai negara dengan surplus perdagangan terbesar dengan Amerika Serikat di antara negara-negara Eropa, Habeck menekankan bahwa dukungan Uni Eropa sangat penting bagi Jerman. Ia juga menyoroti bahwa kebijakan perdagangan adalah kompetensi eksklusif Uni Eropa.

Scholz Kecam Pernyataan Trump Tentang Greenland
Komentar Habeck muncul setelah Kanselir Olaf Scholz pada Rabu 8 Januari 2025 mengkritik pernyataan Trump terkait potensi akuisisi wilayah Greenland dan Kanada.

"Perbatasan tidak boleh dipindahkan dengan paksa. Prinsip ini berlaku dan merupakan landasan bagi tatanan perdamaian kita," tegas Scholz.

Trump sebelumnya menyatakan minatnya pada Greenland, wilayah milik Denmark di Arktik. Dalam konferensi pers di kediamannya di Mar-a-Lago, Trump bahkan tidak menutup kemungkinan menggunakan tindakan militer untuk menguasai Greenland atau Terusan Panama.

Selain itu, Trump menyebutkan tekanan ekonomi dapat digunakan untuk mendorong Kanada bergabung dengan AS sebagai salah satu negara bagian.

Pada Senin 6 Januari 2025, Trump kembali mengangkat gagasannya tersebut di platform Truth Social. Ia menulis: "Greenland adalah tempat yang luar biasa, dan masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sangat besar jika, dan ketika, Greenland menjadi bagian dari negara kami. Kami akan melindunginya, dan menghargainya, dari dunia luar yang sangat kejam. BUAT GREENLAND HEBAT LAGI!"

Menanggapi hal tersebut, Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menolak pernyataan Trump dan menegaskan kembali otonomi Greenland.

Pernyataan Musk Memanaskan Hubungan Jerman-AS
Hubungan Jerman dan Amerika Serikat semakin diuji dengan pernyataan kontroversial Elon Musk, yang dikenal sebagai penasihat dekat Trump. Musk secara terbuka mengkritik Kanselir Scholz dan Presiden Frank-Walter Steinmeier, serta memberikan dukungan kepada partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) menjelang pemilu Jerman pada 23 Februari.

Sebagai tanggapan, Scholz menegaskan komitmen Jerman terhadap NATO sebagai elemen utama keamanan, sekaligus menekankan pentingnya menjaga integritas perbatasan.

"Ini berlaku di Timur dan Barat. Ini adalah inti dari apa yang kami sebut nilai-nilai Barat," tegas Scholz.

Dengan pelantikan Trump yang dijadwalkan pada 20 Januari, para pemimpin Eropa kini bersiap menghadapi potensi tantangan baru dalam hubungan transatlantik.

(Sumber: Antara)

x|close