Ntvnews.id, Taheran - Iran baru saja menerima sekitar 1.000 drone strategis baru yang didistribusikan kepada pasukan militernya di berbagai wilayah. Langkah ini dilakukan ketika Teheran mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi konflik lebih besar dengan musuh lamanya, Israel dan Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump.
Dilansir dari Reuters, Selasa, 14 Januari 2025, drone-drone tersebut telah dikirimkan ke berbagai lokasi militer di seluruh Iran. Pengiriman ini dilakukan secara serentak pada Senin, 13 Januari 2025 waktu setempat.
Drone-drone tersebut diserahkan kepada Organisasi Tempur Militer Iran di berbagai lokasi. Wakil Kepala Koordinasi Militer, Laksamana Muda Habibollah Sayyari, kemudian mengumumkan pengiriman ini secara publik.
Baca Juga: Geger! Ada Mayat Pria Mengapung di Perairan Sekotong
Proses pengiriman drone dilakukan atas arahan Panglima Angkatan Darat Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi, dengan pengawasan Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Aziz Nasirzadeh dan jajaran Panglima Angkatan Darat, Angkatan Udara, serta Angkatan Laut Iran.
Laporan Tasnim menyebutkan bahwa drone baru ini dilengkapi kemampuan siluman tingkat tinggi, yang memungkinkan penetrasi terhadap pertahanan musuh.
"Fitur unik drone tersebut, termasuk jangkauan lebih dari 2.000 kilometer, daya destruktif yang tinggi, kemampuan menembus lapisan pertahanan dengan Radar Cross Section rendah, dan kemampuan penerbangan otonom," demikian pernyataan Tasnim.
Baca Juga: Prancis Peringatkan Warganya untuk Tak Pergi ke Iran, Kenapa?
Selain itu, drone ini diklaim dapat memperluas kapasitas pengintaian dan pemantauan perbatasan, serta meningkatkan kemampuan tempur armada drone militer dalam menghadapi target yang berjarak jauh.
Drone-drone tersebut juga memiliki ketahanan terbang yang lama dan mampu beroperasi secara mandiri tanpa memerlukan navigasi atau kendali selama misi berlangsung.
Awal bulan ini, Iran menggelar latihan militer yang akan berlangsung selama dua bulan, termasuk simulasi perang di mana Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mempertahankan instalasi nuklir utama di Natanz dari serangan tiruan menggunakan rudal dan drone.