Ecep Suwardaniyasa Raih Gelar Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI

NTVNews - 1 Jun 2024, 09:13
Dedi
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ecep Suwardaniyasa Muslimin Ecep Suwardaniyasa Muslimin (Dok. Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Pemimpin Redaksi tvOnenews.com, Ecep Suwardaniyasa Muslimin sukses mempertahankan disertasinya yang berjudul 'Terorisme dan Media Baru: Kajian Stratejik Migrasi Pergerakan Pelaku Teror di Indonesia' di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI).

Di dalam sidang terbuka tersebut, Ecep resmi dipromosikan sebagai Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, pada Jumat, 31 Mei 2024. Setelah itu, Ecep juga menjadi doktor ke-12 di Program Studi Stratejik dan Global.

Tak hanya itu, Ecep mendapatkan nilai memuaskan dengan predikat cumlaude dari para penguji dan promotor untuk disertasinya tersebut.

Bertindak selaku Ketua Sidang, yakni Athor Subroto, Ph.D., dan selaku Promotor Prof. Dr. Drs. Ibnu Hamad, Msi., serta selaku Ko-Promotor M. Syauqillah, S.H.I., M.Si., Ph.D., dan Dr. Puspitasari, S.Sos., M.Si.

Ecep Suwardaniyasa Muslimin <b>(Dok. Istimewa)</b> Ecep Suwardaniyasa Muslimin (Dok. Istimewa)

Sementara tim penguji terdiri dari, Dr. Margaretha Hanita, S.H,. M.Si.; Dr. Benny Jozua Mamoto, S.H., M.Si.; Dr. A. Hanief Saha Ghafur; M. Syaroni Rofii, S.H.I., M.Si., Ph.D; Solikhah Yuliatiningtyas, S.Sos., M.Si., Ph.D.

Dalam sambutannya, Ecep mengatakan disertasi tersebut bermula dari catatannya sebagai jurnalis atau wartawan yang salah satunya menggeluti liputan terorisme. Pada saat itu, ia ditugaskan untuk meliput peristiwa Bom Bali pada 2002 silam. 

"Sejak peristiwa Bom Bali pada 2002, saya berada di lapangan untuk menggali lebih dalam peristiwa yang memilukan tersebut. Guru jurnalistik yang juga sudah seperti orang tua saya, Bapak Karni Ilyas, selalu mengajarkan bagaimana menjadi jurnalis yang bermartabat, senantiasa berada di lapangan, menggali informasi dari narasumber yang kredibel, dan lalu menyajikan secara eksklusif," tuturnya.

Ilmu dan pengalamannya tersebut membawanya menemukan apa yang disebut sebagai unsur kebaruan  atau novelty dalam penelitiannya. 

Ecep Suwardaniyasa Muslimin <b>(Dok. Istimewa)</b> Ecep Suwardaniyasa Muslimin (Dok. Istimewa)

"Novelti itu yakni, migrasi atau pergeseran gerakan dari cara lama ke cara baru. Semoga novelty ini bisa menjadi kontribusi bagi dunia akademis, penegak hukum dan semua pihak yang terkait dalam hal penanganan terorisme," tambahnya.

Dari simpulan penelitiannya, Ecep mengemukakan saran penting yang diharapkan mampu memberikan manfaat secara nyata bagi, pemerintah, masyarakat, penegak hukum, hingga media mainstream.

Menurutnya, penting untuk memahami cara-cara kelompok teroris merekrut anggota dan menyebarkan pesan mereka melalui media sosial dan situs web. 

Kemudian, dalam menghadapi ancaman propaganda terorisme, menurutnya, bisa dengan cara meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, akan bahaya propaganda terorisme, dan cara mengidentifikasi propaganda tersebut. 

"Masyarakat perlu ditingkatkan literasi digitalnya, agar mampu memilah informasi yang benar, dan menghindari propaganda terorisme yang berbahaya.

Hadir dalam sidang terbuka Doktor Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia tersebut Mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia, Syafruddin; Mantan Wali Kota Tangerang Airin Rachmi Diany; Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala; Lalu Mara Satriawangsa; hingga Karni Ilyas.

x|close