Cerita Orang Dekat Gus Dur Soal Makhluk Tak Kasat Mata di Wisma Negara

NTVNews - 2 Jun 2024, 06:51
Siti Ruqoyah
Penulis & Editor
Bagikan
Wahyu Muryadi Wahyu Muryadi (Instagram @wahyumuryadi_official)

Ntvnews.id, Jakarta - Kepala Biro Protokol Istana era Presiden Abdurrahman Wahid, Wahyu Muryadi menceritakan sosok ‘penghuni’ tetap yang tinggal di Wisma negara saat itu. Sosok tersebut terbagi menjadi dua golongan, yang pertama tak kasat mata, yang kedua binatang yang banyak ditemui di mana saja.

Wahyu menjelaskan, cerita ini didapat langsung dari Ketua PBNU Gus Yahya Staquf yang pernah tinggal di Wisma Negara saat era Presiden Gus Dur.

“Saya enggak lihat sendiri tapi saya dengar dari pernyataan salah satunya dari Gus Yahya Staquf. Waktu itu kan dia pernah tinggal Wisma negara ya istilahnya ngekos di sana. Ada beberapa kamar yang dipakai untuk terima tamu asing di negara-negara yang katakanlah ‘dunia ketiga’,” kata Wahyu dikutip dari akun Instagram @totalpolitikcom, Minggu (2/6/2024).

Wahyu menjelaskan, saat itu kondisi Wisma Negara kemang terbilang tak terawat.

“Sehingga kita harus siapin wisma negara itu, karena mungkin kurang dirawat, kurang dihuni kurang jarang ditempati orang sehingga agak uka-uka,” ucap dia.

Gus Yahya, kata Wahyu bahkan merasa tidak nyaman ketika tidur dan beraktivitas di Wisma negara. Tak hanya itu, bukan hanya mahkluk tak kasat mata tapi Wisma Negara juga terlihat kotor dan sumpat dihuni oleh banyak tikus.

“Yang jelas, banyak orang yang enggak tahu di sana banyak tikusnya,” kata dia.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Total Politik (@totalpolitikcom)

Dikutip dari Setneg.go.id, Presiden Soekarno juga memerintahkan arsitek Soedarsono merancang bangunan tempat tinggal para tamu negara di dalam lingkungan Istana Jakarta bangunan bertingkat enam itu disebut Wisma Negara, terletak di sisi barat pelataran dalam Istana Jakarta dan dibangun sepanjang 1962-1964.

Lantai teratas Wisma Negara adalah ruang makan dan ruang tamu bagi para tamu agung negara. Lantai lima adalah sebuah suite untuk tamu agung setingkat Kepala Negara, sedangkan lantai empat merupakan suite bagi tamu agung sederajat Perdana Menteri atau Wakil Presiden. Wisma Negara juga dilengkapi dengan kantor pos, salon pangkas dan kecantikan, tempat penukaran uang, serta toko cenderamata.

Halaman luas yang menjadi pelataran bagi Istana Merdeka, Istana Negara dan Wisma Negara seringkali disinggahi berbagai macam burung sesuai dengan musimnya. Ratusan burung betet, perkutut, jalak, menyinggahi halaman istana. Bung Karno dulu selalu meminta para staf untuk menyediakan makanan bagi peliharaan burung-burung. 

Sebagai pencinta kemerdekaan ia juga dikenal pembenci sangkar burung. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati, Taufiq Kiemas, suami Presiden, menanam pohon salam di halaman ini untuk mengundang burung-burung bebas.

Beberapa arca kuno juga menghiasi berbagai sudut pekarangan Istana Merdeka. Salah satu diantaranya, arca Dhyani Boddisatta, yang berasal dari Jawa Tengah pada abad ke-9 merupakan arca langka yang sudah ada di sana sejak masa Hindia Belanda.

x|close