Ntvnews.id, Jakarta - Pada Minggu, 19 Januari, rakyat Palestina, khususnya yang berada di Gaza, sangat menantikan momen tersebut karena pada hari itu berlaku gencatan senjata setelah lebih dari 15 bulan serangan berkelanjutan dari Israel.
Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, pada Rabu, 15 Januari 2025, mengumumkan bahwa kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel di Gaza telah tercapai, yang terdiri dari tiga tahap.
Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menggambarkan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel di Gaza sebagai sebuah “titik balik” dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.
Berikut adalah beberapa informasi penting yang perlu diketahui mengenai penerapan gencatan senjata di Gaza.
Tertunda Hampir Tiga Jam
Perjanjian gencatan senjata yang awalnya dijadwalkan pada pukul 8.30 waktu setempat (0630GMT) sempat tertunda hampir tiga jam akibat tuduhan Israel bahwa Hamas menunda pengiriman daftar tawanan yang akan dibebaskan.
Hamas menjelaskan bahwa keterlambatan dalam mengirimkan nama-nama tawanan yang akan dibebaskan dalam tahap pertama gencatan senjata disebabkan oleh masalah teknis dan logistik.
Baca juga: Gencatan Senjata Berlaku, 46.913 Warga Gaza tercatat tewas Sejak 7 Oktober 2023
Akhirnya, kesepakatan baru diberlakukan pada pukul 11.15 waktu setempat (0915GMT) setelah Hamas menyerahkan tiga nama tawanan perempuan sebagai bagian dari tahap pertama gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Israel.
Sementara itu, Israel akan membebaskan 90 tawanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan ketiga perempuan tersebut.
IDF Mundur dari Rafah
Pada hari Minggu, tentara Israel (IDF) mulai menarik pasukan dan peralatan dari pusat kota Rafah di bagian selatan Jalur Gaza. Pasukan Israel mundur ke Koridor Philadelphia yang berada di perbatasan Mesir dan Gaza.
Langkah mundurnya pasukan Israel tersebut merupakan bagian dari kesepakatan tahap pertama gencatan senjata, yang mencakup pembebasan 33 sandera Israel sebagai imbalan bagi sekitar seribu tahanan Palestina.
Selanjutnya, pasukan Israel diwajibkan mundur ke perbatasan Gaza, meskipun mereka tetap berada di sana untuk sementara waktu.
Sekitar 600 Truk Masuki Gaza
Pada hari Minggu, perlintasan Rafah yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir dibuka kembali, sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata yang melibatkan pembebasan sandera.
Sekitar 600 truk bantuan yang membawa bahan-bahan medis, tenda, dan modul rumah sakit lapangan, serta 50 truk lainnya yang mengangkut bahan bakar, diperkirakan akan memasuki Gaza setelah menjalani pemeriksaan oleh pihak Israel.
Beberapa alat berat juga telah mulai bekerja di sekitar area perlintasan untuk memperbaiki jalan-jalan yang mengarah ke Gaza.
Aparat Keamanan Gaza Dikerahkan
Pada hari Minggu, ribuan aparat keamanan Gaza dikerahkan ke beberapa lokasi di wilayah tersebut setelah dimulainya gencatan senjata dengan Israel. Penugasan ini dilakukan untuk menjaga keamanan dan menegakkan aturan di seluruh wilayah.
"Kota-kota mulai beroperasi kembali dan memperbaiki jalan-jalan, segera setelah gencatan senjata dimulai," ujar kantor media pemerintah Gaza.
Selain itu, kementerian dan lembaga pemerintah sudah siap untuk melaksanakan rencana yang dibuat oleh pemerintah untuk memastikan pemulihan kehidupan normal secepat mungkin.
Baca juga: Trump Peringatkan Akan Terjadi Kekacauan Besar Jika Gencatan Senjata Gaza Gagal
Mesir Awasi Penerapan Gencatan Senjata
Mesir mengumumkan pembentukan ruang kerja bersama untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa pembentukan ruang kerja ini adalah komitmen Mesir untuk bekerja sama dengan mitra-mitranya, yaitu Qatar dan Amerika Serikat, untuk memastikan stabilitas dan pelaksanaan kesepakatan tersebut.
Ruang kendali yang berbasis di Mesir ini akan memantau pertukaran sandera dan tahanan, masuknya bantuan kemanusiaan, serta pergerakan orang setelah perlintasan Rafah dibuka kembali.
(Sumber: Antara)