Ntvnews.id, Washington DC - Setelah resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump berjanji bahwa ia akan menjadi "pembawa perdamaian" sebagai presiden.
"Kami akan mengukur keberhasilan kami tidak hanya dari pertempuran yang kami menangkan, tetapi juga dari perang yang kami akhiri, dan mungkin yang terpenting, perang yang tidak pernah kami lakukan," ungkapnya dalam pidato pelantikannya di Gedung Capitol, Washington DC, dikutip dari The Guardian, Selasa dini hari, 21 Januari 2025.
Ia lantas mengatakan bahwa ia ingin memiliki warisan untuk menjadi pembawa perdamaian dan pemersatu.
"Warisan saya yang paling membanggakan adalah menjadi pembawa perdamaian dan pemersatu. Itulah yang saya inginkan, pembawa perdamaian dan pemersatu," kata Trump.
Namun, setelah mengungkapkan keinginannya untuk menjadi pembawa perdamaian, Trump malah membahas soal Terusan Panama. Ia menegaskan kembali kendali atas terusan tersebut dan berjanji akan mengambilnya kembali.
Ia menegaskan hal itu sambil mengulang sejumlah klaim palsu, termasuk bahwa 38.000 warga Amerika tewas selama pembangunan terusan tersebut. Ia juga mengklaim bahwa "China mengoperasikan" terusan tersebut.
"Yang terpenting, China mengoperasikan Terusan Panama, dan kita tidak memberikannya kepada China, kita memberikannya kepada Panama. Dan kita akan mengambilnya kembali," kata Trump setelah diambil sumpah dalam pelantikannya sebagai Presiden AS ke-47.
Sebagai informasi, jumlah korban tewas resmi untuk upaya pembangunan Amerika di balik Terusan Panama mencapai sekitar 5.600 orang.
Meskipun jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi, sebagian besar kematian berasal dari pekerja dari pulau-pulau Karibia seperti Antigua, Barbados, dan Jamaika.
Administrator Terusan Panama juga sebelumnya telah membantah klaim Trump bahwa China mengendalikan operasi terusan tersebut.