Ntvnews.id, Washington DC - Pada pidato pelantikannya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji untuk "menancapkan" bendera AS di planet Mars, namun ia tidak menyebutkan apapun tentang misi Badan Antariksa AS (NASA) untuk kembali ke Bulan.
Dilansir dari NY Post, Rabu, 22 Januari 2025, Selama masa jabatan pertamanya, Trump meluncurkan program Artemis yang bertujuan mengirimkan astronaut kembali ke Bulan sebagai langkah awal untuk menjelajahi Mars.
Pernyataan terbaru Trump menimbulkan spekulasi mengenai arah kebijakan luar angkasa pada masa jabatan keduanya, serta menimbulkan keraguan apakah Trump masih menganggap misi kembali ke Bulan penting.
Baca Juga: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat ke Trump Atas Dilantiknya Jadi Presiden AS ke-47
"Kita akan mengejar takdir nyata kita ke bintang-bintang, meluncurkan para astronaut Amerika untuk menancapkan Stars and Stripes di planet Mars," ucap Trump dalam pidatonya di Gedung Capitol, Washington DC, pada Senin, 20 Januari 2025 waktu setempat.
Pernyataan ini menambah spekulasi bahwa Trump mungkin akan mengesampingkan misi kembali ke Bulan.
Trump tampaknya memiliki pandangan serupa dengan rekannya, Elon Musk, CEO SpaceX, yang memiliki ambisi untuk menjelajahi dan mengkolonisasi Mars dengan menggunakan roket prototipe Starship. Musk bahkan me-retweet klip dirinya yang memberi dua jempol dan bertepuk tangan ketika Trump berbicara tentang misi Mars dalam pidato pelantikannya.
"Kita akan langsung menuju Mars. Bulan adalah pengalih perhatian," kata Musk melalui media sosial X awal bulan ini.
Perubahan arah ini berpotensi berdampak besar pada program yang diperkirakan akan menghabiskan biaya lebih dari US$ 90 miliar atau sekitar Rp 1.471 triliun. Hal ini juga kemungkinan akan menghadapi perlawanan keras dari Kongres AS, di mana baik Partai Republik maupun Partai Demokrat memiliki kepentingan untuk menjaga lapangan pekerjaan yang terkait dengan misi penjelajahan Bulan di daerah pemilihan mereka.
Sebagian besar misi Bulan ini melibatkan Space Launch System (SLS), roket berat milik NASA yang kontraktor dan pemasoknya tersebar di seluruh AS.
Sementara itu, China memiliki rencana untuk mendarat di kutub selatan Bulan pada tahun 2030, sebuah langkah yang kemungkinan besar tidak akan dibiarkan begitu saja oleh AS.