Trump Ancam Beri Sanksi ke Rusia Jika Tak Hentikan Perang di Ukraina

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Jan 2025, 15:27
thumbnail-author
Akbar Mubarok
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris 2016 karena menganggap perjanjian tersebut tidak adil dan berat sebelah. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris 2016 karena menganggap perjanjian tersebut tidak adil dan berat sebelah. (ANTARA/Anadolu)

Ntvnews.id, Washington -Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu 22 Januari lalu mendesak Rusia untuk segera "menyelesaikan" dan mengakhiri perang di Ukraina.

Trump memperingatkan bahwa jika tidak ada penyelesaian dalam waktu dekat, Rusia akan dikenakan pajak tinggi, tarif, dan sanksi terhadap ekspor mereka.

“Saya tidak berniat menyakiti Rusia. Saya mencintai rakyat Rusia dan selalu memiliki hubungan baik dengan Presiden Putin, terlepas dari hoaks ‘Rusia, Rusia, Rusia’ yang diciptakan oleh sayap kiri radikal. Kita tidak boleh melupakan bahwa Rusia membantu kita memenangkan Perang Dunia II, dengan mengorbankan hampir 60 juta jiwa," kata Trump di media sosial Truth Social, Kamis 23 Januari 2025.

Baca Juga : WHO Minta AS Pertimbangkan Lagi Keputusan Keluar dari Keanggotaan

“Namun demikian, saya akan melakukan ‘kebaikan besar’ untuk Rusia, yang ekonominya sedang terpuruk, dan untuk Presiden Putin. Segera selesaikan dan hentikan perang yang tidak masuk akal ini! Keadaan hanya akan memburuk," kata Trump.

"Jika kita tidak mencapai kesepakatan segera, saya tidak punya pilihan lain selain memberlakukan pajak, tarif, dan sanksi tingkat tinggi pada semua barang yang dijual Rusia ke Amerika Serikat dan berbagai negara lain yang terlibat," ujar Trump menegaskan.

"Mari kita akhiri perang ini, perang yang tidak akan pernah terjadi jika saya menjadi presiden. Kita bisa melakukannya dengan cara mudah atau sulit, dan cara mudah selalu lebih baik. Sudah waktunya untuk ‘mencapai kesepakatan.' Tidak boleh ada lagi nyawa yang hilang!!!" tambahnya.

Trump menambahkan bahwa sanksi lebih lanjut terhadap Rusia "kemungkinan besar" akan diberlakukan jika Presiden Rusia Vladimir Putin enggan duduk di meja perundingan untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Saat ditanya wartawan di Gedung Putih apakah ia akan menjatuhkan sanksi lebih keras kepada Moskow jika Putin menolak pembicaraan damai, Trump menjawab, "Kemungkinan besar," tanpa memberi rincian lebih lanjut.

Baca Juga : Jumlah Gelandangan di Amerika Serikat Meningkat, Kok Bisa?

Ketika ditanya apakah ia percaya perang itu seharusnya dibekukan, Trump menegaskan, “Perang ini seharusnya tidak pernah dimulai. Jika Anda memiliki presiden yang kompeten, yang mana Anda tidak punya, perang ini tidak akan terjadi. Perang di Ukraina tidak akan pernah terjadi jika saya menjadi presiden.”

Trump juga mengkritik mantan Presiden Joe Biden dengan mengatakan bahwa Putin "tidak menghormati" kepemimpinannya.

Mengenai apakah ia akan terus mengirimkan senjata ke Ukraina, Trump menyatakan bahwa pemerintahannya akan "mengkaji hal itu," sambil menambahkan, “Kami sedang berbicara dengan (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelenskyy. Kami akan segera berbicara dengan Presiden Putin, dan kita lihat bagaimana semuanya berkembang.”

“Satu hal yang saya rasa pasti adalah Uni Eropa seharusnya membayar lebih banyak dari yang mereka bayarkan saat ini,” tambahnya.

Trump berjanji akan mengakhiri perang di Ukraina dan menyatakan bahwa ia akan mengadakan pembicaraan dengan Putin dan Zelenskyy, meskipun ia belum memberikan jadwal atau rincian lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Baca Juga : Ucapkan Selamat ke Trump, Putin Terbuka untuk Berdialog soal Penyelesaian Perang di Ukraina

“Presiden Zelenskyy ingin perdamaian. Ia telah menyatakan hal itu dengan sangat tegas kepada saya. Namun, perdamaian membutuhkan dua pihak untuk mencapai kesepakatan, 'it takes two to tango',” katanya kepada wartawan.

Saat ditanya kapan ia akan bertemu dengan Putin, Trump menjawab, "Saya siap kapan saja mereka mau."

“Jutaan orang telah tewas. Situasi ini sangat kejam,” ujarnya, sambil menuduh AS meremehkan jumlah korban tewas.

“Pembunuhan besar sekarang terjadi di garis depan perang. Tanahnya sangat datar, dan satu-satunya yang bisa menghentikan peluru adalah tubuh manusia, termasuk tentara muda," kata Trump.

"Rusia telah kehilangan sekitar 800.000 tentara. Ukraina kehilangan sekitar 600.000 hingga 700.000 tentara. Saya pikir angka itu sebenarnya lebih rendah dari yang mereka laporkan,” tambahnya.

(Sumber: Antara)

x|close