Ntvnews.id, Jakarta - Setelah ramai kampanye All Eyes on Rafah, kini muncul seruan bernada serupa yang menuntut perhatian rakyat Indonesia terhadap Papua yang bertajuk All Eyes on Papua. Melihat kabar tersebut, publik pun penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Secara harfiah, arti All Eyes on Papua dalam bahasa Indonesia adalah “semua mata tertuju pada Papua”. Kalimat ini memperlihatkan ungkapan masyarakat yang peduli terhadap hutan Papua yang saat ini disebut bakal dijadikan sebagai lahan perkebunan sawit.
Saat ini, poster bertuliskan All Eyes on Papua bertebaran di berbagai media sosial. Bahkan, tagar All Eyes on Papua sedang menempati trending topik teratas di platform sosmed X. Warga menyuarakan bahwa hutan Papua akan dibabat habis oleh pejabat untuk perkebunan sawit.
“Senin kemarin masyarakat adat awyu papua demo di depan gedung Mahkamah Agung. Mereka sedang memperjuangkan hak-hak mereka, hutan adat tempat mereka tinggal bakalan kena gusur buat dijadiin kebun sawi. Please focus on them too. #Alleyesonpapua #Alleyesonpapua,” tulis pengguna akun X @lercwolf dilansir Senin, 3 Juni 2024.
Pejabat dan petinggi negeri yang hanya mementingkan bisnis tersebut dianggap sebagai dalang yang membuat masyarakat Papua miskin. Mereka mengorbankan hutan untuk perkebunan sawit yang dianggap sebagai tindakan egois dan tidak berperikemanusiaan.
“Dari sini kita akan paham bahwa saudara kita di Indonesia dimiskinkan oleh para pejabat, petinggi rakus yg isi otaknya bisnis semua. Sacrificing forests for oil palm plantations is a selfish and inhumane act. DON’T STOP TALKING ABOUT PAPUA!! #AllEyesOnPapua #LindungiHutanPapua,” tulis pengguna akun X @variabelcepheid.
Ilustrasi Hutan Terbakar (Pixabay)
Sementara itu, All Eyes on Papua bergema untuk menyuarakan konflik lahan yang saat ini terjadi. Masyarakat adat Marga Moro dan Suku Awyu didampingi Koalisi Selamatkan Hutan Adat Papua menggungat izin lingkungan kebun sawit PT Indo Asiana Lestari (PT IAL).
Masyarakat Papua Barat dengan tegas menolak rencana pembabatan hutan seluas 36 hektare tersebut. Jika proyek ini dilaksanakan, hutan adat yang selama ini menjadi sumber penghidupan bagi mereka akan hilang dan kehidupannya pun akan terancam.
Selain itu, pada Senin, 27 Mei 2024, masyarakat adat Papua Barat Awyu dan Moi melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung Mahkamah Agung (MA). Mereka melakukan aksi damai dengan menggunakan baju adat sembari menyuarakan penolakan izin perkebunan sawit.