Ntvnews.id, Hamilton, Kanada - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menolak usulan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Jalur Gaza.
“Kami menentang setiap rencana yang akan menyebabkan pemindahan paksa penduduk atau mengarah pada pembersihan etnis dalam bentuk apa pun,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric, Selasa 28 Januari 2025.
Baca Juga : Sekjen PBB Sambut Baik Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza
Pada Sabtu, Trump mengusulkan untuk "membersihkan" Gaza dan memindahkan warga Palestina ke Mesir dan Yordania, menyebut wilayah tersebut sebagai "lokasi yang telah hancur total" akibat perang genosida Israel.
Juru bicara PBB, Stéphane Dujarric, mengingatkan bahwa Mesir, Yordania, dan Liga Arab juga telah menolak usulan Trump tersebut.
Mesir, Yordania, Liga Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) secara tegas mengeluarkan pernyataan yang menentang segala bentuk seruan untuk pemindahan atau relokasi warga Palestina dari tanah mereka.
Baca Juga : Laporan PBB Sebut Hampir Seribu Orang Dieksekusi Mati di Negara Ini
Situasi di Tepi Barat
Menanggapi pertanyaan dari Anadolu mengenai potensi wilayah pendudukan Tepi Barat yang bisa menjadi "Gaza baru" di tengah meningkatnya serangan militer Israel, Dujarric menyatakan, "Kami sangat prihatin dengan memburuknya situasi di Tepi Barat."
Ia mengkritik keras "aktivitas kekerasan tak terkendali oleh pemukim Israel terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat."
Dujarric juga mengimbau agar perhatian tetap terfokus pada Gaza meskipun situasi di tempat lain juga membutuhkan perhatian.
Mengenai kondisi di Tepi Barat, Dujarric menyampaikan peringatan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) terkait memburuknya situasi di Jenin dan kamp pengungsi di wilayah tersebut.
Baca Juga : Inggris hingga Jerman Tolak Usul Trump Relokasi Warga Gaza ke Negara Tetangga
Operasi militer Israel yang telah berlangsung sejak 21 Januari selama tujuh hari telah menimbulkan korban jiwa serta merusak jalan dan infrastruktur.
Dujarric juga mengingatkan tentang pembunuhan seorang balita Palestina oleh pasukan Israel pada akhir pekan lalu dan menambahkan, “Sejak operasi di Jenin dimulai pada 21 Januari, sudah tercatat 16 kematian.”
“Selain itu, hari ini di kamp pengungsi Tulkarm, serangan udara dilaporkan telah menewaskan dua warga Palestina, meningkatkan kekhawatiran atas penggunaan kekuatan yang melampaui standar penegakan hukum,” tambahnya.
Dujarric juga menegaskan bahwa "rumah sakit bukanlah target serangan dan harus dilindungi setiap saat," sambil menyoroti pengepungan yang dilakukan oleh pasukan Israel terhadap Rumah Sakit Pemerintah Tulkarm.
Ketegangan di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki terus meningkat akibat perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 47.300 orang dan melukai lebih dari 111.500 orang sejak 7 Oktober 2023.
Baca Juga : Donald Trump Kirim Steve Witkof untuk Tinjau Kondisi Gencatan Senjata di Gaza
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 880 warga Palestina tewas dan lebih dari 6.700 lainnya terluka akibat serangan pasukan Israel di wilayah pendudukan tersebut.
Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan perang Israel di wilayah tersebut.
Pada Juli, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa pendudukan Israel yang sudah berlangsung lama atas wilayah Palestina adalah ilegal dan mendesak pengosongan semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
(Sumber Antara)