Ntvnews.id, Jakarta - Lebih dari 1.500 warga Tionghoa di Denpasar dan Badung merayakan Tahun Baru Imlek 2576 di Vihara Satya Darma Benoa, Bali, pada Rabu. Sejak pagi, umat dan wisatawan tampak berdatangan dengan mengenakan pakaian dominan merah, yang dianggap sebagai simbol keberuntungan. Mereka membawa dupa dan persembahan sebagai ungkapan syukur dan harapan akan keberkahan di tahun baru.
Selain melaksanakan ritual keagamaan, suasana sekitar Vihara Satya Darma juga meriah dengan dekorasi khas Imlek, seperti lampion merah dan ornamen bernuansa emas. Salah satu panitia dan pengelola Vihara Satya Darma, Ninik, menjelaskan bahwa meskipun kapasitas Vihara terbatas, umat tetap datang secara teratur dan menunggu giliran untuk bersembahyang baik di dalam maupun di luar Vihara.
Baca juga: Berburu Bandeng Imlek, Tradisi yang Jadi Simbol Keharmonisan Budaya China-Betawi
"Meskipun kapasitas Vihara tidak dapat menampung umat ribuan orang, umat yang datang beraturan menunggu giliran untuk melakukan persembahyangan di dalam maupun area luar Vihara," kata Ninik. Ia juga menambahkan, "Kegiatan hari ini sebenarnya kelanjutan dari kemarin, umat datang sembahyang berlanjut tadi malam pergantian tahun. Kondisi Vihara juga sudah dibersihkan dari jauh hari."
Berdasarkan catatan panitia, pada Rabu, 29 Januari 2025, umat mulai berdatangan sejak pukul 06.00 Wita hingga pukul 24.00 Wita. Puncak kunjungan umat terjadi sejak malam hari, pada Selasa, 28 Januari 2025, hingga sore hari.
Ninik berharap, perayaan tahun ini membawa berkah bagi semua umat yang merayakan serta bagi masyarakat luas, dengan harapan agar kedamaian selalu menjadi prioritas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. "Semoga tahun ini membawa berkat bagi semua umat yang merayakan, juga kepada semua orang agar mengutamakan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara," tambahnya.
Peter, seorang pengunjung asal Surabaya yang telah tinggal di Denpasar selama 10 tahun, memilih untuk beribadah di Vihara Satya Darma Benoa bersama kedua anaknya. Lokasi vihara yang dekat dengan tempat tinggalnya membuatnya mudah untuk melaksanakan tradisi ini. "Harapan terbesar tahun ini semoga kita semua diberikan kesehatan, kebahagiaan dan kedamaian," ujarnya. Setelah beribadah, Peter dan anak-anak berencana untuk berkumpul dengan keluarga di Denpasar dan Badung.
Sementara itu, Febi (44) yang berasal dari Denpasar, tampak antusias mengikuti rangkaian ibadah, seperti berdoa di depan dewa langit dan pembakaran kertas serta uang kuning untuk leluhur. "Semoga semua selamat dan perang berhenti," harap Febi, dengan keinginan agar perdamaian tercipta di seluruh dunia.
Tak hanya warga lokal, puluhan wisatawan asing juga tampak menikmati suasana di Vihara Satya Darma, yang selain sebagai tempat ibadah, juga merupakan salah satu destinasi wisata religi di Denpasar. Di luar Vihara, Sumadi (37) dan Catur (43), penjual burung pipit asal Surabaya, mengungkapkan bahwa mereka mendapat berkah setiap perayaan Imlek. "Kami bisa menjual minimal 2.000 ekor burung selama ada umat yang beribadah di Vihara Satya Darma Benoa," kata mereka. Hal ini tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
(Sumber: Antara)